PENDIDIKAN 4.0
DAN PEMBELARAN
BAHASA JEPANG BERBASIS TEKS
(Hendri Zalman, Prodi Pendidikan Bahasa Jepang UNP)
Disajikan pada Minasan 1 (Seminar Nasional Bahasa Jepang 1) "Inovasi Pembelajaran Bahasa Jepang Serta Implementasinya menjawab
Tantangan RI 4.0 (prosiding Seminar nasional Bahasa Jepang (MINASAN I)
2019".
https://scholar.google.co.id/citations?user=t9fHgkMAAAAJ&hl=en#d=gs_md_cita-d&u=%2Fcitations%3Fview_op%3Dview_citation%26hl%3Den%26user%3Dt9fHgkMAAAAJ%26citation_for_view%3Dt9fHgkMAAAAJ%3AZph67rFs4hoC%26tzom%3D-420
Abstrak
https://scholar.google.co.id/citations?user=t9fHgkMAAAAJ&hl=en#d=gs_md_cita-d&u=%2Fcitations%3Fview_op%3Dview_citation%26hl%3Den%26user%3Dt9fHgkMAAAAJ%26citation_for_view%3Dt9fHgkMAAAAJ%3AZph67rFs4hoC%26tzom%3D-420
Abstrak
Artikel “Pendidikan 4.0 dan Pembelajaran
Bahasa Jepang Berbasis Teks” ini dilatarbelakangi oleh fenomena trend
internasional, khsusunya revolusi industri 4.0 dan lahirnya kurikulum 2013.
Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan hakikat perubahan kurikulum 2013 sebagai
bagian dari proses pengembangan kurikulum menuju formula yang lebih baik, serta
dampaknya terhadap pembelajaran berbahasa asing, terutama bahasa Jepang penutur
Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik
analisis data deskriptif-analitis. Adapun pembahasan pada artikel ini
dipusatkan pada; trend revolusi industi 4.0 dan pendidikan 4.0,
kurikulum 2013 dan refleksi pembelajaran bahasa 4.0, dan pembelajaran bahasa
Jepang berbasis teks. Pembahasan artikel ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan tambahan bagi pengajar dan calon pengajar bahasa Jepang penutur
Indonesia.
Kata kunci: revolusi industri 4.0, pendidikan
4.0, kurikulum 2013, pembelajaran berbasis teks
A.
Pendahuluan
Di dalam proses pengembangan kurikulum di Indonesia, isu yang
paling banyak mempengaruhi adalah isu tentang trends intenasional, yaitu
isu tentang revolusi industry 4.0. Menurut Richard (2001), trends
internasional seperti ini memilki pengaruh yang sangat kuat terhadap proses
pengembangan kurikulum dalam konteks makro (kurikulum instransi/program) hingga
konteks mikro, yaitu pada tataran disain pembelajaran. Artinya, trend
ini tidak hanya mempengaruhi konstruksi kurikulum, tapi juga mempengaruhi
pengorganisasian pembelajaran yang dituangkan dalam silabus.
Pada tataran kurikulum nasional, industry 4.0 telah menimbulkan perubahan
pada kurikulum nasional Indonesia, ditandai dengan lahirnya kurikulum 2013.
Akan tetapi, seperti dikatakan Print (2000), perubahan kurikulum hanyalah
pengembangan sebagai bagian dari penyempurnaan terhadap kurikulum-kurikulum
terdahulu. Jadi, menurut Print, kurikulum tetap saja pada hakikatnya, yaitu
menjawab pertanyaan: apa yang hendak diajarkan, bagaimana mengajarkannya, dan
apa dampak dari pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan dan di
dokumentasikan.
Jika ditinjau pada tataran silabus, kurikulum 2013 sebenarnya
adalah pengembangan dari kulum sebelunya, terutama kurikulum 2004, yang sering
disebut dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KBK ini sendiri, di dalam
perencanaan pembelajaran diwujudkan dengan silbus berbasis kompetensi. Menurut
Richard (2001), silabus berbasis kompetensi merupakan silabus yang dikembangkan
berdasarkan 3 (tiga) kompetensi utama, yaitu: kompetensi pengetahuan,
kompetensi keterampilan, dan kompetensi sikap.
Di dalam pembelajaran bahasa, kompetensi pengetahuan merupakan
refleksi dari penguasaan terhadap unsur kebahasaan, yaitu; huruf, kosa kata,
dan tata bahasa. Kompetensi keterampilan direkleksikan sebagai language
skill, yaitu: mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Sedangkan untuk
keterampilan sikap, menurut Print (2000) merupakan salah satu implikasi dari
landasan filosofis kurikulum, tepatnya landasan axiology, yaitu kajian tentang
nilai-nilai yang harus diterapkan dalam pembelajaran. Di dalam kurikulum 2013, keterampilan
sikap ini diwujudkan dengan keterampilan sikap spiritual dan keterampilan sikap
sosial (Kemendikbud, 2013).
B.
Metodologi
Artikel ini merupakan artikel
konseptual, yaitu artikel yang ditulis berdasarkan studi kepustakaan teori dan
konsep-konspe pembelajaran. Teori dan konsep pembelajaran di artikel ini
difokuskan pada teori dan konsep-konsep tentang kurikulum dan pengembangan
kurikulum. Metode yang digunakan pada artikel ini adalah metode kualitatif. Sedangkan
untuk penyajian informasi/data, penulis menggunakan metode deskriptif-analitis.
Teori deideskripsikan sesuai dengan kepentingan pembehasan dan dijadikan
sebagai dasar untuk menganalisis dokumen kurikulum 2013. Adapun langkah-langkah
dalam penyajian konsep adalah; pendeskripsian, pengklasifikasian, dan
penginterpretasian.
C.
Pembahasan
1.
Industri
1.0 – 4.0
Perubahan kurikulum hendaknya dipahami sebagai sebuah proses
pengembangan kurikulum menuju formula yang lebih baik. Oleh karena itu,
dibutuhkan sikap positif untuk menyikapinya sehingga respon terhadap perubahan
tersebut bisa diarahkan kepada hal-hal yang produktif, kreatif, dan inovatif.
Banyak hal yang mendorong terjadinya perubahan pada kurikulum, di antaranya;
tren (nasional dan internasional), kebutuhan siswa, dan lainnya.
Salah satu tren yang merebak dan mempengaruhi pengembangan
kurikulum pembelajaran bahasa Jepang saat ini adalah isu revolusi industry 4.0.
Pengaruh revolusi industry 4.0. ini terasa sekali merubah pengorganiasasian
pembelajaran, baik pengorganisasian konten/materi, maupun pengorganisasian
pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa. Akan tetapi, sebelum mengkaji
lebih dalam tentang pengaruh revolusi industry 4.0 ini terhadap pembelajaran
bahasa Jepang, ada baiknya dipahami dulu perkembangan revolusi itu sendiri,
dari 1.0 hingga 4.0.
Doni (2018) menjelaskan bahwa revolusi industry 1.0 berlangsung
antara tahun 1750 – 1850. Industri saat itu ditandai dengan penggunaan tenaga
manusia dan hewan untuk berbagai bidang, seperti: pertanian, manufaktur,
pertambangan, bahkan transportasi. Perubahan ini ditandai dengan lahirnya mesin
uap pada abab ke-18 yang mampu meningkatkan pendapatan perkapita rata-rata
negara-negara di dunia hingga enam kali lipat.
Revolusi industry 2.0 berlangsung antara akhir abad ke-19 hingga awal
abad 20. Industry ini ditandai dengan lahirnya tenaga pembengkit listrik dan
motor pembakaran. Penemuan ini mendorong terciptanya telephone, mobil, pesawat
terbang, dan lainnya yang mengubah tata kehidupan masyarakat dunia secara
signifikan.
Revolusi industry 3.0 ditandai dengan kemunculan internet yang
merubah tata kehidupan masyarakat, khususnya terkait waktu dan ruang. Ruang dan
waktu menjadi tidak lagi berarti ketika internet muncul. Puncak dari revolusi
ini ditandai dengan revolusi digital yang berhasil merubah pola komunikasi
sehingga berdampak luas pada dunia ekonomi.
Revolusi industry 4.0 ditandai dengan bermunculannya
perusahaan-perusahaan baru dan tumbangnya peruhaan-perusahaan lama yang tidak
mampu beradaptasi dengan era digital. Pada era industry 4.0, besar-kecilnya
perusahaan bukanlah jaminan untuk tetap kokoh. Kelincahan, kemampuan
memanfaaatkan informasi, menjalin relasi/network menjadi kunci untuk
maju dan berkembang pada era ini.
2.
Industry
4.0 dan Pendidikan 4.0
Dari ilustrasi di atas dapat dipahami bahwa era industry 4.0
merupakan eranya big data. Big data merupakan kumpulan informasi
dari seluruh aspek kehidupan manusia yang terintegrasi ke dalam sebuah sistem
berteknologi tinggi. Big data ini
dikembangkan untuk membantu memudahkan segala urusan manusia. Oleh karena itu,
manusia yang bisa bertahan di era ini adalah manusia-manusia yang mampu
memilih, mengelola, dan memanfaatkan data itu dengan tepat sesuai dengan
peruntukannya.
Sehubunngan dengan itu, di dalam Panduan Penyusunan Kurikulum
Pendidikan Tinggi di Era Industri 4.0 yang dkeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan (2018) dirumuskan keterampilan pada era industry
4.0 sebagai berikut ini.
a.
Literasi
data; pemahaman membaca, menganalisis, menggunakan data dan informasi di dunia
digital
b.
Literasi
teknologi; pemahaman cara kerja mesin, aplikasi teknologi
c.
Literasi
manusia; pemahaman tentang humanities, komunikasi dan disain.
d.
Pemahaman
akan tanda-tanda revolusi industri 4.0
e.
Pemahaman
ilmu untuk diamalkan bagi kemaslahatan bersama secara local, nasional, dan
global.
Senada dengan itu, dalam pembelajaran bahasa asing era industry
4.0, Mitsumoto (2014) juga mengatakan bahwa siswa harus disiapkan untuk
memperoleh keterampilan hidup yang dibutuhkan pada abad 21 ini. Keterampilan
itu antara lain:
「21世紀を生きるためのスキルとは、「批判的思考力、問題解決能力、コミュニケーション能力、コラボレーション能力、情報リテラシー」といったことが挙げられている。」
Untuk mewujudkan pembelajaran yang
mampu membekali siswa untuk memiliki keterampilan berpikir kritis, memecahkan
masalah, komunikatif, kolaboratif, dan melek literasi informasi, hal pertama
yang harus dilakukan adalah memunculkan kesadaran global. Kesadaran global
merupakan kesadaran bahwa belajar bahasa berarti belajar menjalin koneksi
dengan dunia yang lebih luas. Kesadaran global ini bisa membantu siswa untuk
menguasai keterampilan hidup abad 21.
Untuk memperoleh keterampilan-keterampilan di atas, Pemerintah
Indonesia melalui Kemenristekdikti dan Kemendikbud merancang program pendidikan
yang mampu mengintegrasikan keterampilan-keterampilan itu melalui program
pembelajaran yang dikemas dan didokumentasikan di dalam kurikulum 2013, baik
kurikulum 2013 tingkat PT maupun kurikulum 2013 tingka SMA/MA.
3.
Pendidikan
Bahasa 4.0
Secara umum, bahasa bisa dipandang menurut 3 (tiga) sudut pandang
utama, yaitu; descriptive, prescriptive, dan pedagogic. Bahasa
dari sudut pandang descriptive, bahasa bisa dimaknai sebagai realitas,
atau penggunaan bahasa dalam komunikasi sehari-hari. Dari sudut pandang prescriptive,
bahasa bisa dimaknai sebagai ilmu atau penggunaan ideal dari bentuk-bentuk
bahasa. Sedangkan dari sudut pandang pedagogic, bahasa adalah perpaduan
antara bahasa descriptive dan bahasa prescriptive.
Pada era industry 4.0, pendidikan bahasa dipandang sebagai sebuah
aktivitas sosial. Sebagai aktivitas sosial, maka, bahasa tidak hanya tentang
seperangkat aturan gramatikal, linguistic, tapi juga tentang hal-hal di luar
linguistic, seperti; budaya, ideology, dan lain sebagainya. Sehubungan dengan
itu, Halliday (dalam Saragih, 2019) pendidikan bahasa memiliki skop sebagai
berikut ini.
a.
Learning
language
Belajar bahasa untuk memperoleh
pengetahuan (huruf, kosa kata, tata bahasa) dan keterampilan (mendengar,
berbicara, membaca, menulis).
b.
Learning
trough language.
Belajar bahasa untuk berbagai
kepentingan/disiplin ilmu. Artinya, bahasa adalah ilmu trnsdisiplin, atau
jendela untuk menuju ilmu apapun.
c.
Learning
about language
Belajar untuk memahami bagaimana bahasa itu bekerja dalam
menyampaikan makna/pesan.
Di Indonesia, isu-isu global tentang industry 4.0, keterampilan
abad 21, dan perkembangan pendidikan bahasa seperti dideskripsikan di atas
diwujudkan dalam kurikulum 2013. Artinya, kurikulum 2013 merupakan instrumen
yang dikembangkan oleh pemerintah dan pihak terkait untuk mempersiapkan
generasi muda Indonesia yang memiliki keterampilan untuk mengahadapi industry
4.0 atau keterampilan hidup abad 21.
4.
Pendidikan
Bahasa Jepang 4.0 dan Refleksi Kurikulum 2013
Menjawab tantangan di atas, The Japan Foudation sebagai
salah satu lembaga yang mengelola pembelajaran bahasa Jepang mengembangkan
kurikulum pembelajaran bahasa Jepang untuk penutur asing yang disebut dengan “JF-Cando”.
Terkait pemahaman/kepercayaan (beliefs) tentang pembelajaran bahasa, JF-Cando
sepertinya senada dengan Hallyday (1992) di atas. Hal ini terlihat dari rumusan
kompetensi berbahasa yang dirumuskan, yaitu: linguistic, sociolinguistic,
dan pragmatic, dengan aktivitas pembelajaran; reseptif, tekstual,
produktif, interaktif (The Japan Foundation, 2017).Artinya, bahasa tidak
hanya tentang aspek-aspek kebahasaan itu sendiri, tapi juga tentang aspek
sosial, kultural, dan ideologis.
Sama halnya dengan The Japan Foudation di atas, pemerintah
Indonesia juga mengembangkan kurikulum 2013, di mana di dalamnya termasuk
pembelajaran Bahasa Jepang. Pada tahun 2017, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia dalam rumusan kurikulum menyatakan bahwa kegiatan
pembelajaran di sekolah yang diatur oleh kurikulum 2013 diperkaya dengan
konteks daerah atau sekolah, serta konteks global (Kemendikbud, 2017). Konteks
global menuntut pembelajaran sejalan dengan karakteristik pendidikan abad 21,
yaitu:
a.
communication,
b.
collaboration,
c.
critical thinking/problem solving,
d.
creativity
and innovation.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar
dan Struktur Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas /Madrasah Aliyah, kurikulum
2013 mengembangkan 4 (empat) macam rumusan kompetensi inti. Kompetensi inti itu
adalah: kompetensi inti sikap spiritual (KI 1), kompetensi inti sosial (KI 2),
kompetensi inti pengetahuan (KI 3), dan kompetensi inti keterampilan (KI 4).
Artinya, di dalam kurikulum 2013, keterampilan abad 21 di atas, masuk ke dalam
kelompok kompetensi sikap sosial (KI 2). Dalam pelaksanaannya, keempat
keterampilan di atas diintegrasikan di dalam setiap mata pelajaran, termasuk
mata pelajaran bahasa Jepang. Artinya, proses pembelajaran harus mampu membuat siswa
memiliki keterampilan-keterampilan tersebut. Guru bisa memasukkan
keterampilan-keterampilan di atas ke dalam materi, ke dalam media, ke dalam
metode pembelajaran, dan lain sebagainya.
Senada dengan kurikulum 2013 untuk tingkat SMA/MA di atas, kurikulum
2013 untuk perguruan tinggi (KKNI) juga merumuskan kompetensi sosial, dan
dimasukkan ke dalam kompetensi sikap. Khusus untuk perguruan tinggi S1
kependidikan, kompetensi sosial juga menjadi salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh lulusan S1 kependidikan, di samping kompetensi profesional,
kompetensi pedagogik, dan kompetensi personal. Seluruh kompetensi tersebut, di
dalam evaluasi pembelajaran, baik di tingkat perguruan tinggi maupun di tingkat
SMA termasuk dalam salah satu dari 3 (tiga) komponen utama evaluasi, yaitu:
kognitif (pengetahuan), psikomotor (keterampilan), dan afektif (sikap
spiritual/personal dan sikap sosial).
5.
Pembejaran
Berbasaha Jepang Berbasis Teks
Berdasarkan kurikulum 2013, pembelajaran bahasa, termasuk bahasa
Jepang, disain pembelajarannya diorganisasikan dengan menggunakan prinsip genres/text
dan themes. Prinsip themes merupakan pengorganisasian
pembelajaran berdasarkan tema/topik yang disusun dalam satuan/unit-unit.
Prinsip themes ini bisa dilihat dengan jelas pada buku teks yang digunakan. Di
dalam buku teks, setiap konten materi pembelajaran disajikan dalam kemasan tema
yang disusun ke dalam bab-bab buku. Sedangkan prinsip genres/text
digunakan untuk mengembangkan basis dari pembelajaran, yaitu pembelajaran
berbasis text. Kathleen (2000) mengatakan bahwa genres sebagai
prinsip pengorganisasian pembelajaran menempatkan texts sebagai basis
dari sebuah program pembelajaran bahasa. Untuk lebih jelasnya, bisa
diperhatikan pada tabel berikut ini.
Tabel Rumusan Kompetensi Mata
Pelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013
KELAS X
|
|
KOMPETENSI
INTI (PENGETAHUAN)
|
KOMPETENSI
INTI (KETERAMPILAN)
|
3. memahami, menerapkan, menganalisis … untuk memecahkan masalah
|
4. mengolah, menalar, dan menyaji …. menggunakan sesuai kaidah
keilmuan
|
KOMPETENSI DASAR
|
KOMPETENSI DASAR
|
3.1 menentukan ….. teks transaksional …. unsur kebahasaan,
struktur teks dan unsur budaya sesuai konteks.
|
3.1 mendramatisasikan …. teks transaksional …. unsur kebahasaan,
struktur teks, unsur budaya
sesuai konteks.
|
3.2 menunjukkan …. unsur kebahasaan, struktur teks, dan sesuai
konteks.
|
3.2 mengemukakan …. unsur kebahasaan, struktur teks, dan sesuai
konteks.
|
3.3 menentukan … teks transaksional …. fungsi sosial, struktur
teks, dan unsur kebahasaan.
|
3.3 mengemukakan …teks transaksional… fungsi sosial, struktur
teks, dan unsur kebahasaan.
|
3.4 memahami ... teks transaksional ... fungsi sosial, struktur teks, unsur kebahasaan.
|
3.4 membuat teks transaksional ... fungsi sosial, struktur teks,
dan unsur kebahasaan.
|
3.5 menganalisis teks transaksional …. fungsi sosial, struktur
teks, dan unsur kebahasaan.
|
3.5 menggunakan … teks transaksional … fungsi sosial, struktur
teks, dan unsur kebahasaan.
|
3.6 menganalisis … teks transaksional … fungsi sosial, struktur
teks, dan unsur kebahasaan.
|
4.6 menghasilkan teks transaksional … fungsi sosial, struktur
teks, dan unsur kebahasaan.
|
KELAS XI
|
|
KOMPETENSI
INTI 3 (PENGETAHUAN)
|
KOMPETENSI
INTI 4 (KETERAMPILAN)
|
3. memahami, menerapkan, menganalisi…..memecahkan masalah
|
4. mengolah, menalar, menyaji….secara mandiri seuai kaidah
keilmuan
|
KOMPETENSI
DASAR 3 (PENGETAHUAN)
|
KOMPETENSI DASAR 4 (KETERAMPILAN)
|
3.1 menggambarkan...teks interpersonal...fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan.
|
4.1 menulis ... teks interpersonal … fungsi sosial, struktur teks, dan unsur
kebahasaan.
|
3.2 menentukan…teks interaksi transaksional...fungsi sosial,
struktur teks, dan unsur kebahasaan.
|
4.2 menghasilkan wacana … teks interaksi transaksional … fungsi
sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan.
|
3.3 menggambarkan … teks transaksional …. fungsi sosial, struktur teks, dan unsur
kebahasaan.
|
4.3 menggunakan … pada teks transaksional…. fungsi sosial,
struktur teks, dan unsur kebahasaan.
|
KELAS XII
|
|
KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)
|
KOMPETENSI
INTI 4 (KETERAMPILAN)
|
3. memahami, menerapkan, menganalisis…..untuk memecahkan masalah
|
4. mengolah, menalar, menyaji….secara mandiri dan mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
|
KOMPETENSI DASAR 3 (PENGETAHUAN)
|
KOMPETENSI DASAR 4 (KETERAMPILAN)
|
3.1 menetukan …. teks transaksional…. fungsi sosial, struktur
teks, dan unsur kebahasaan sesuai dengan konteks.
|
4.1 membuat wacana … teks transaksional…. fungsi sosial, struktur
teks, dan unsur kebahasaan
|
3.2 menentukan …teks interaksi transasksional… fungsi sosial,
struktur teks, dan unsur kebahasaan.
|
4.2 menghasilkan wacana … teks interaksi transasksional … fungsi
sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan.
|
Sumber:
Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018 tentang Perubahan Permendikbud Nomor 24 Tahun
2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Ada 2 poin utama yang dapat ditangkap dari tabel di atas. Pertama,
di luar kompetensi sikap (spiritual dan sosial), ada dua kompetensi yang
dirumuskan oleh kurikulum 2013, yaitu kompetensi pengetahuan dan kompetensi
keterampilan. Kompetensi pengetahuan cenderung menggunakan kata-kata:
mengidentifikasi, menentukan, menggambarkan, menganalisis. Sedangkan kompetensi
keterampilan cenderung menggunakan kata-kata: mengolah, menalar, menyaji,
mendramatisasi, menghasilkan, membuat. Jika disederhanakan, perbedaan kedua
jenis kompetensi terlihat pada tingkatan kompetensi tersebut, yaitu: kemampuan
pemahaman untuk kompetensi pengetahuan, dan kemampuan memproduksi untuk
kompetensi keterampilan.
Kedua, ada 3 (tiga) poin utama yang
terlihat mencolok, yaitu: penggunaan istilah teks, di mana seluruh penggunaan
istilah teks tersebut selalu diikuti oleh istilah-istilah lainnya, yaitu: unsur
kebahasaan, struktur teks, konteks/fungsi sosial teks. Unsur kebahasaan
merupakan semua komponen yang terkait dengan persoalan gramatikal, struktur
teks merupakan segala persoalan yang terkait dengan struktur generic teks,
sedangkan fungsi sosial teks merupakan segala hal yang terkait dengan konteks
sosial dan konteks budaya yang terkait dengan teks. Intinya, dari rumusan ini
terlihat bahwa teks secara tidak langsung telah direkomendasikan sebagai basis
dari pembelajarang berbahasa Jepang.
a.
Teks
Berdasarkan gradasi, komponen bahasa dapat diurutkan menjadi,
fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, wacana/pragraf, dan teks. Dari
urutan ini, bisa dikatakan bahwa teks merupakan komponen bahasa yang paling
lengkap. Senada dengan itu, Tokieda
(Nurhadi, 2017) mengatakan bahwa teks adalah satuan bahasa terbesar dan
terlengkap. Teks adalah satu kesatuan makna, di mana komponen-komponen
pembentuk teks membuat jaringan-jaringan makna sehingga membentuk makna teks
secara keseluruhan.
Teramura
(Nurhadi, 2017) menyampaikan bahwa konstruksi teks/bunsho no kouzou sama
dengan struktur mobil, manusia, wilayah negara. Masing-masing memiliki unsur yang menyatu membentuk satu
kesatuan makna. Oleh karena itu, studi tentang teks mengkaji struktur teks
sebagai pokok masalahnya. mengingat teks terbentuk dari berbagai unsur
pembentuk, maka, di samping struktur teks, unsur pemberntuk teks, hubungan
antar-unsur, fungsi unsur pembentuk teks juga harus diteliti.
Analogi teks sebagai manusia yang disampaikan Teramura di
atas sangat relevan dengan struktur generik teks yang secara umum dikelompokkan
menjadi kepala, badan, dan kaki. Istilah pengelompokkan ini juga bisa dinamakan
dengan; bagian pembuka (kepala), bagian isi (badan), dan bagian penutup (kaki).
b.
Pembelajaran
Berbahasa Jepang Berbasis Teks
Pemilihan teks sebagai basis
pembelajaran bahasa dalam kurikulum 2013, menurut Agustina (2017) memiliki
beberapa alasan. Pertama, melalui teks, kemampuan berpikir siswa dapat dikembangkan.
Kedua, materi pembelajaran berbasis teks lebih relevan dengan karakteristik
kurikulum 2013 yang berorientasi pada; sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Orientasi sikap bisa terlihat dari fungsi sosial/konteks dari teks, orientasi
pengetahuan dan keterampilan bisa terlihat jelas dari rumusan dari kompetensi
pengetahuan kompetensi keterampilan.
Pada proses pelaksanaan, kurikulum
2013 sebenarnya bisa menggunakan berbagai model dan pendekatan, misalnya: model
discovery learning, model problem based-learning, project-based
learning, genre based approach (BGA), Content Language Integrated
Learning (CLIL) dan lainnya. Adapun langkah-langkah pembelajarannya,
Isodarus (2017) merkomendasikan aktivitas pembelajaran bahasa berbasis teks yang
terdiri dari; mengidentifikasi informasi/isi teks, mengidentifikasi unsur-unsur
kebahasaan teks, membandingkan dengan teks lain, dan menulis teks. Sedangkan
jika merujuk pada pendekatan scientific, aktivitas pembelajaran berbasis
teks dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut ini.
1)
Mengamati
Untuk mengamati, aktivitas pembelajaran yang bisa diterapkan antara
lain.
a)
Memperhatikan
gambar dan teks (misalnya teks transaksional)
b)
Mencoba
memeragakan teks transaksional seperti di gambar.
2)
Mempertanyakan
(dipandu dengan lembar kerja, media gambar berisi kosa kata, kalimat berbahasa
Jepang, dan teks transaksional)
a)
Membagi
siswa dalam kelompok (5 orang/kelompok)
b)
Memahami
instruksi-instruksi yang ada di lembar kerja sebagai permasalahan yang harus
diselesaikan dengan bantuan gambar.
3)
Mengumpulkan
informasi (dipandu dengan lembar kerja, media gambar berisi kosa kata, kalimat
berbahasa Jepang, dan teks transaksional)
a)
Mendekonstruksi
struktur kebahasaan teks transaksioanal, khususnya kosa kata dengan
mengidentifikasi bagian-bagian yang berbeda.
b)
Mendekonstruksi
struktur kebahasan teks transaksional, khususnya kerangka/pola kalimat dengan
mengidentifikasi bagian-bagian yang sama.
c)
Mendekonstuksi
struktur teks transaksional dengan mengidentifikasi struktur teks (misalnya; pembukaan, isi,
penutup)
d)
Mengidentifikasi
konteks (tempat/situasi/hubungan antara pembicara dalam teks)
4)
Menalar
(dipandu dengan lembar kerja, media gambar berisi kosa kata, kalimat berbahasa
Jepang, dan teks transaksional)
a)
Menganalisis
arti kosa kata dengan membandingkan kosa kata dengan gambar.
b)
Menganalisis
arti kalimat berdasarkan kosa kata dan memperhatikan gambar.
c)
Menganalisis
fungsi kalimat.
d)
Menganalisis
isi dan arti struktur teks transaksional (isi dan arti pembuka, isi dan arti
isi, isi dan arti penutup) dengan menggunakan informasi di atas (a, b) dan
membandingkan teks dengan gambar.
e)
Menganalisis
fungsi sosial teks transaksional berdasarkan data tentang konteks yang
terkumpul.
5)
Mengomunikasikan
a)
Mempraktikkan
teks transaksional sesuai dengan persepsi kelompok.
b)
Mempresentasikan
hasil kerja kelompok (menjelaskan fungsi dan pola kalimat yang ada di teks
transaksional, menjelaskan fungsi sosial dan konteks teks transaksional)
D.
Penutup
Sebagai bagian dari fungsi pedagogis, seorang
pengajar harus memahami dan bisa memaknai perubahan kurikulum sebagai bagian
dari proses pengembangan pembelajaran menuju formula yang lebih baik. Lahirnya
kurikulum 2013 berarti lahirnya produk hasil pengembangan dan penyempurnaan
kurikulum sebelumnya. Pada dasarnya, ada tiga kompetensi utama yang ingin
dibenahi oleh kurikulum 2013, yaitu; pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Untuk mengajarkan ketiga keterampilan tesebut di dalam pembelajaran bahasa,
pembelajaran bahasa berbasis teks adalah yang paling relevan. Teks adalah
komponen bahasa terlengkap, yang di dalamnya terkandung unsur kebahasaan
(kompetensi pengetahuan), unsur dan struktur teks (kompetensi keterampilan),
serta fungsi sosial teks (kompetensi sikap).
Daftar Pustaka
Agustina, E. S. (2017). Pembelajaran
Bahasa Indonesia Berbasis Teks: Representasi Kurikulum 2013. . Aksara:
Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 18 Nomor 1.
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti.
(2018). Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi di Era Industri 4.0. .
Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti.
Isodarus., P. P. (2017). Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks. Sintesis:
Jurnal Ilmiah Kebudayaan. Volume 11 Nomor 1.
Kemendikbud. (2013). In Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas /Madrasah
Aliyah. Jakarta: Kemendikbud.
Kemendikbud. . (2017.). In Model silabus mata pelajaran sekolah
menengah atas/madrasah Aliyah (SMA/MA). Jakarta: Kemendikbud. .
Nurhadi, D. (2017). Struktur Teks Karangan Bahasa Jepang: Analisis pada
karangan mahasiswa angkatan 2013. Paramasastra: Jurnal Ilmiah Bahasa dan
Sastra dan Pembelajarannya, Volume 4 Nomor 1.
P, D. B. (2018). Sejarah Revolusi Industri 1.0 Hingga 4.0.
Retrieved from otomasi.sv.ugm.ac.id:
http://otomasi.sv.ugm.ac.id/2018/10/09/sejarah-revolusi-industri-1-0-hingga-4-0/
Print, M. (1993). Curriculum Development and Designs.
USA: Allen & Unwin.
Richard, J. C. (2001). The Origins of Language Curriculum
Development. USA: Cambridge University.
Saragih, A. (2019. ). “Functional Grammatics”. Workshop Penulisan
Disertasi . Padang.: Universitas Negeri Padang.
The Japan Foundation. (2017). In JF Standard bagi Pendidikan Bahasa
Jepang: Petunjuk Pemakaian bagi Pengguna. Saitama: The Japan Foundation.
No comments:
Post a Comment