Tuesday, June 9, 2020

PENDIDIKAN 4.0 DAN PEMBELARAN BAHASA JEPANG BERBASIS TEKS


PENDIDIKAN 4.0
DAN PEMBELARAN BAHASA JEPANG BERBASIS TEKS
(Hendri Zalman, Prodi Pendidikan Bahasa Jepang UNP)
Disajikan pada Minasan 1 (Seminar Nasional Bahasa Jepang 1) "Inovasi Pembelajaran Bahasa Jepang Serta Implementasinya menjawab Tantangan RI 4.0 (prosiding Seminar nasional Bahasa Jepang (MINASAN I) 2019".
https://scholar.google.co.id/citations?user=t9fHgkMAAAAJ&hl=en#d=gs_md_cita-d&u=%2Fcitations%3Fview_op%3Dview_citation%26hl%3Den%26user%3Dt9fHgkMAAAAJ%26citation_for_view%3Dt9fHgkMAAAAJ%3AZph67rFs4hoC%26tzom%3D-420 

Abstrak
Artikel “Pendidikan 4.0 dan Pembelajaran Bahasa Jepang Berbasis Teks” ini dilatarbelakangi oleh fenomena trend internasional, khsusunya revolusi industri 4.0 dan lahirnya kurikulum 2013. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan hakikat perubahan kurikulum 2013 sebagai bagian dari proses pengembangan kurikulum menuju formula yang lebih baik, serta dampaknya terhadap pembelajaran berbahasa asing, terutama bahasa Jepang penutur Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik analisis data deskriptif-analitis. Adapun pembahasan pada artikel ini dipusatkan pada; trend revolusi industi 4.0 dan pendidikan 4.0, kurikulum 2013 dan refleksi pembelajaran bahasa 4.0, dan pembelajaran bahasa Jepang berbasis teks. Pembahasan artikel ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan bagi pengajar dan calon pengajar bahasa Jepang penutur Indonesia. 

Kata kunci: revolusi industri 4.0, pendidikan 4.0, kurikulum 2013, pembelajaran berbasis teks

 
A.    Pendahuluan
Di dalam proses pengembangan kurikulum di Indonesia, isu yang paling banyak mempengaruhi adalah isu tentang trends intenasional, yaitu isu tentang revolusi industry 4.0. Menurut Richard (2001), trends internasional seperti ini memilki pengaruh yang sangat kuat terhadap proses pengembangan kurikulum dalam konteks makro (kurikulum instransi/program) hingga konteks mikro, yaitu pada tataran disain pembelajaran. Artinya, trend ini tidak hanya mempengaruhi konstruksi kurikulum, tapi juga mempengaruhi pengorganisasian pembelajaran yang dituangkan dalam silabus.
Pada tataran kurikulum nasional, industry 4.0 telah menimbulkan perubahan pada kurikulum nasional Indonesia, ditandai dengan lahirnya kurikulum 2013. Akan tetapi, seperti dikatakan Print (2000), perubahan kurikulum hanyalah pengembangan sebagai bagian dari penyempurnaan terhadap kurikulum-kurikulum terdahulu. Jadi, menurut Print, kurikulum tetap saja pada hakikatnya, yaitu menjawab pertanyaan: apa yang hendak diajarkan, bagaimana mengajarkannya, dan apa dampak dari pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan dan di dokumentasikan.
Jika ditinjau pada tataran silabus, kurikulum 2013 sebenarnya adalah pengembangan dari kulum sebelunya, terutama kurikulum 2004, yang sering disebut dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KBK ini sendiri, di dalam perencanaan pembelajaran diwujudkan dengan silbus berbasis kompetensi. Menurut Richard (2001), silabus berbasis kompetensi merupakan silabus yang dikembangkan berdasarkan 3 (tiga) kompetensi utama, yaitu: kompetensi pengetahuan, kompetensi keterampilan, dan kompetensi sikap.
Di dalam pembelajaran bahasa, kompetensi pengetahuan merupakan refleksi dari penguasaan terhadap unsur kebahasaan, yaitu; huruf, kosa kata, dan tata bahasa. Kompetensi keterampilan direkleksikan sebagai language skill, yaitu: mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Sedangkan untuk keterampilan sikap, menurut Print (2000) merupakan salah satu implikasi dari landasan filosofis kurikulum, tepatnya landasan axiology, yaitu kajian tentang nilai-nilai yang harus diterapkan dalam pembelajaran. Di dalam kurikulum 2013, keterampilan sikap ini diwujudkan dengan keterampilan sikap spiritual dan keterampilan sikap sosial (Kemendikbud, 2013).    

B.     Metodologi
Artikel ini merupakan artikel konseptual, yaitu artikel yang ditulis berdasarkan studi kepustakaan teori dan konsep-konspe pembelajaran. Teori dan konsep pembelajaran di artikel ini difokuskan pada teori dan konsep-konsep tentang kurikulum dan pengembangan kurikulum. Metode yang digunakan pada artikel ini adalah metode kualitatif. Sedangkan untuk penyajian informasi/data, penulis menggunakan metode deskriptif-analitis. Teori deideskripsikan sesuai dengan kepentingan pembehasan dan dijadikan sebagai dasar untuk menganalisis dokumen kurikulum 2013. Adapun langkah-langkah dalam penyajian konsep adalah; pendeskripsian, pengklasifikasian, dan penginterpretasian.

C.     Pembahasan
1.      Industri 1.0 – 4.0
Perubahan kurikulum hendaknya dipahami sebagai sebuah proses pengembangan kurikulum menuju formula yang lebih baik. Oleh karena itu, dibutuhkan sikap positif untuk menyikapinya sehingga respon terhadap perubahan tersebut bisa diarahkan kepada hal-hal yang produktif, kreatif, dan inovatif. Banyak hal yang mendorong terjadinya perubahan pada kurikulum, di antaranya; tren (nasional dan internasional), kebutuhan siswa, dan lainnya.
Salah satu tren yang merebak dan mempengaruhi pengembangan kurikulum pembelajaran bahasa Jepang saat ini adalah isu revolusi industry 4.0. Pengaruh revolusi industry 4.0. ini terasa sekali merubah pengorganiasasian pembelajaran, baik pengorganisasian konten/materi, maupun pengorganisasian pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa. Akan tetapi, sebelum mengkaji lebih dalam tentang pengaruh revolusi industry 4.0 ini terhadap pembelajaran bahasa Jepang, ada baiknya dipahami dulu perkembangan revolusi itu sendiri, dari 1.0 hingga 4.0.
Doni (2018) menjelaskan bahwa revolusi industry 1.0 berlangsung antara tahun 1750 – 1850. Industri saat itu ditandai dengan penggunaan tenaga manusia dan hewan untuk berbagai bidang, seperti: pertanian, manufaktur, pertambangan, bahkan transportasi. Perubahan ini ditandai dengan lahirnya mesin uap pada abab ke-18 yang mampu meningkatkan pendapatan perkapita rata-rata negara-negara di dunia hingga enam kali lipat.
Revolusi industry 2.0 berlangsung antara akhir abad ke-19 hingga awal abad 20. Industry ini ditandai dengan lahirnya tenaga pembengkit listrik dan motor pembakaran. Penemuan ini mendorong terciptanya telephone, mobil, pesawat terbang, dan lainnya yang mengubah tata kehidupan masyarakat dunia secara signifikan.
Revolusi industry 3.0 ditandai dengan kemunculan internet yang merubah tata kehidupan masyarakat, khususnya terkait waktu dan ruang. Ruang dan waktu menjadi tidak lagi berarti ketika internet muncul. Puncak dari revolusi ini ditandai dengan revolusi digital yang berhasil merubah pola komunikasi sehingga berdampak luas pada dunia ekonomi.
Revolusi industry 4.0 ditandai dengan bermunculannya perusahaan-perusahaan baru dan tumbangnya peruhaan-perusahaan lama yang tidak mampu beradaptasi dengan era digital. Pada era industry 4.0, besar-kecilnya perusahaan bukanlah jaminan untuk tetap kokoh. Kelincahan, kemampuan memanfaaatkan informasi, menjalin relasi/network menjadi kunci untuk maju dan berkembang pada era ini.

2.      Industry 4.0 dan Pendidikan 4.0
Dari ilustrasi di atas dapat dipahami bahwa era industry 4.0 merupakan eranya big data. Big data merupakan kumpulan informasi dari seluruh aspek kehidupan manusia yang terintegrasi ke dalam sebuah sistem berteknologi tinggi.  Big data ini dikembangkan untuk membantu memudahkan segala urusan manusia. Oleh karena itu, manusia yang bisa bertahan di era ini adalah manusia-manusia yang mampu memilih, mengelola, dan memanfaatkan data itu dengan tepat sesuai dengan peruntukannya.
Sehubunngan dengan itu, di dalam Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi di Era Industri 4.0 yang dkeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (2018) dirumuskan keterampilan pada era industry 4.0 sebagai berikut ini.
a.       Literasi data; pemahaman membaca, menganalisis, menggunakan data dan informasi di dunia digital
b.      Literasi teknologi; pemahaman cara kerja mesin, aplikasi teknologi
c.       Literasi manusia; pemahaman tentang humanities, komunikasi dan disain.
d.      Pemahaman akan tanda-tanda revolusi industri 4.0
e.       Pemahaman ilmu untuk diamalkan bagi kemaslahatan bersama secara local, nasional, dan global.

Senada dengan itu, dalam pembelajaran bahasa asing era industry 4.0, Mitsumoto (2014) juga mengatakan bahwa siswa harus disiapkan untuk memperoleh keterampilan hidup yang dibutuhkan pada abad 21 ini. Keterampilan itu antara lain:
21世紀を生きるためのスキルとは、「批判的思考力、問題解決能力、コミュニケーション能力、コラボレーション能力、情報リテラシー」といったことが挙げられている。」

Untuk mewujudkan pembelajaran yang mampu membekali siswa untuk memiliki keterampilan berpikir kritis, memecahkan masalah, komunikatif, kolaboratif, dan melek literasi informasi, hal pertama yang harus dilakukan adalah memunculkan kesadaran global. Kesadaran global merupakan kesadaran bahwa belajar bahasa berarti belajar menjalin koneksi dengan dunia yang lebih luas. Kesadaran global ini bisa membantu siswa untuk menguasai keterampilan hidup abad 21.
Untuk memperoleh keterampilan-keterampilan di atas, Pemerintah Indonesia melalui Kemenristekdikti dan Kemendikbud merancang program pendidikan yang mampu mengintegrasikan keterampilan-keterampilan itu melalui program pembelajaran yang dikemas dan didokumentasikan di dalam kurikulum 2013, baik kurikulum 2013 tingkat PT maupun kurikulum 2013 tingka SMA/MA.

3.      Pendidikan Bahasa 4.0
Secara umum, bahasa bisa dipandang menurut 3 (tiga) sudut pandang utama, yaitu; descriptive, prescriptive, dan pedagogic. Bahasa dari sudut pandang descriptive, bahasa bisa dimaknai sebagai realitas, atau penggunaan bahasa dalam komunikasi sehari-hari. Dari sudut pandang prescriptive, bahasa bisa dimaknai sebagai ilmu atau penggunaan ideal dari bentuk-bentuk bahasa. Sedangkan dari sudut pandang pedagogic, bahasa adalah perpaduan antara bahasa descriptive dan bahasa prescriptive.  
Pada era industry 4.0, pendidikan bahasa dipandang sebagai sebuah aktivitas sosial. Sebagai aktivitas sosial, maka, bahasa tidak hanya tentang seperangkat aturan gramatikal, linguistic, tapi juga tentang hal-hal di luar linguistic, seperti; budaya, ideology, dan lain sebagainya. Sehubungan dengan itu, Halliday (dalam Saragih, 2019) pendidikan bahasa memiliki skop sebagai berikut ini.
a.       Learning language
Belajar bahasa untuk memperoleh pengetahuan (huruf, kosa kata, tata bahasa) dan keterampilan (mendengar, berbicara, membaca, menulis).
b.      Learning trough language.
Belajar bahasa untuk berbagai kepentingan/disiplin ilmu. Artinya, bahasa adalah ilmu trnsdisiplin, atau jendela untuk menuju ilmu apapun.
c.       Learning about language
Belajar untuk memahami bagaimana bahasa itu bekerja dalam menyampaikan makna/pesan.

Di Indonesia, isu-isu global tentang industry 4.0, keterampilan abad 21, dan perkembangan pendidikan bahasa seperti dideskripsikan di atas diwujudkan dalam kurikulum 2013. Artinya, kurikulum 2013 merupakan instrumen yang dikembangkan oleh pemerintah dan pihak terkait untuk mempersiapkan generasi muda Indonesia yang memiliki keterampilan untuk mengahadapi industry 4.0 atau keterampilan hidup abad 21.

4.      Pendidikan Bahasa Jepang 4.0 dan Refleksi Kurikulum 2013
Menjawab tantangan di atas, The Japan Foudation sebagai salah satu lembaga yang mengelola pembelajaran bahasa Jepang mengembangkan kurikulum pembelajaran bahasa Jepang untuk penutur asing yang disebut dengan “JF-Cando”. Terkait pemahaman/kepercayaan (beliefs) tentang pembelajaran bahasa, JF-Cando sepertinya senada dengan Hallyday (1992) di atas. Hal ini terlihat dari rumusan kompetensi berbahasa yang dirumuskan, yaitu: linguistic, sociolinguistic, dan pragmatic, dengan aktivitas pembelajaran; reseptif, tekstual, produktif, interaktif (The Japan Foundation, 2017).Artinya, bahasa tidak hanya tentang aspek-aspek kebahasaan itu sendiri, tapi juga tentang aspek sosial, kultural, dan ideologis.    
Sama halnya dengan The Japan Foudation di atas, pemerintah Indonesia juga mengembangkan kurikulum 2013, di mana di dalamnya termasuk pembelajaran Bahasa Jepang. Pada tahun 2017, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam rumusan kurikulum menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran di sekolah yang diatur oleh kurikulum 2013 diperkaya dengan konteks daerah atau sekolah, serta konteks global (Kemendikbud, 2017). Konteks global menuntut pembelajaran sejalan dengan karakteristik pendidikan abad 21, yaitu:
a.      communication,
b.      collaboration,
c.       critical thinking/problem solving,
d.      creativity and innovation.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas /Madrasah Aliyah, kurikulum 2013 mengembangkan 4 (empat) macam rumusan kompetensi inti. Kompetensi inti itu adalah: kompetensi inti sikap spiritual (KI 1), kompetensi inti sosial (KI 2), kompetensi inti pengetahuan (KI 3), dan kompetensi inti keterampilan (KI 4). Artinya, di dalam kurikulum 2013, keterampilan abad 21 di atas, masuk ke dalam kelompok kompetensi sikap sosial (KI 2). Dalam pelaksanaannya, keempat keterampilan di atas diintegrasikan di dalam setiap mata pelajaran, termasuk mata pelajaran bahasa Jepang. Artinya, proses pembelajaran harus mampu membuat siswa memiliki keterampilan-keterampilan tersebut. Guru bisa memasukkan keterampilan-keterampilan di atas ke dalam materi, ke dalam media, ke dalam metode pembelajaran, dan lain sebagainya.
Senada dengan kurikulum 2013 untuk tingkat SMA/MA di atas, kurikulum 2013 untuk perguruan tinggi (KKNI) juga merumuskan kompetensi sosial, dan dimasukkan ke dalam kompetensi sikap. Khusus untuk perguruan tinggi S1 kependidikan, kompetensi sosial juga menjadi salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan S1 kependidikan, di samping kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, dan kompetensi personal. Seluruh kompetensi tersebut, di dalam evaluasi pembelajaran, baik di tingkat perguruan tinggi maupun di tingkat SMA termasuk dalam salah satu dari 3 (tiga) komponen utama evaluasi, yaitu: kognitif (pengetahuan), psikomotor (keterampilan), dan afektif (sikap spiritual/personal dan sikap sosial).

5.      Pembejaran Berbasaha Jepang Berbasis Teks
Berdasarkan kurikulum 2013, pembelajaran bahasa, termasuk bahasa Jepang, disain pembelajarannya diorganisasikan dengan menggunakan prinsip genres/text dan themes. Prinsip themes merupakan pengorganisasian pembelajaran berdasarkan tema/topik yang disusun dalam satuan/unit-unit. Prinsip themes ini bisa dilihat dengan jelas pada buku teks yang digunakan. Di dalam buku teks, setiap konten materi pembelajaran disajikan dalam kemasan tema yang disusun ke dalam bab-bab buku. Sedangkan prinsip genres/text digunakan untuk mengembangkan basis dari pembelajaran, yaitu pembelajaran berbasis text. Kathleen (2000) mengatakan bahwa genres sebagai prinsip pengorganisasian pembelajaran menempatkan texts sebagai basis dari sebuah program pembelajaran bahasa. Untuk lebih jelasnya, bisa diperhatikan pada tabel berikut ini.

Tabel Rumusan Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013
KELAS X

KOMPETENSI INTI (PENGETAHUAN)
KOMPETENSI INTI (KETERAMPILAN)
3. memahami, menerapkan, menganalisis … untuk memecahkan masalah
4. mengolah, menalar, dan menyaji …. menggunakan sesuai kaidah keilmuan
KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI DASAR
3.1 menentukan ….. teks transaksional …. unsur kebahasaan, struktur teks dan unsur budaya sesuai konteks.
3.1 mendramatisasikan …. teks transaksional …. unsur kebahasaan, struktur teks, unsur budaya sesuai konteks.
3.2 menunjukkan …. unsur kebahasaan, struktur teks, dan sesuai konteks.
3.2 mengemukakan …. unsur kebahasaan, struktur teks, dan sesuai konteks.
3.3 menentukan … teks transaksional …. fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan.
3.3 mengemukakan …teks transaksional… fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan.
3.4 memahami ... teks transaksional ... fungsi sosial, struktur teks, unsur kebahasaan.
3.4 membuat teks transaksional ... fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan.
3.5 menganalisis teks transaksional …. fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan.
3.5 menggunakan … teks transaksional … fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan.
3.6 menganalisis … teks transaksional … fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan.
4.6 menghasilkan teks transaksional … fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan.
KELAS XI

KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)
KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)
3. memahami, menerapkan, menganalisi…..memecahkan masalah
4. mengolah, menalar, menyaji….secara mandiri seuai kaidah keilmuan
KOMPETENSI DASAR 3 (PENGETAHUAN)
KOMPETENSI DASAR 4 (KETERAMPILAN)
3.1 menggambarkan...teks interpersonal...fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan.
4.1 menulis ... teks interpersonal … fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan.
3.2 menentukan…teks interaksi transaksional...fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan.
4.2 menghasilkan wacana … teks interaksi transaksional … fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan.
3.3 menggambarkan … teks transaksional ….  fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan.
4.3 menggunakan … pada teks transaksional…. fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan.
KELAS XII

KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)
KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)
3. memahami, menerapkan, menganalisis…..untuk memecahkan masalah
4. mengolah, menalar, menyaji….secara mandiri dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
KOMPETENSI DASAR 3 (PENGETAHUAN)
KOMPETENSI DASAR 4 (KETERAMPILAN)
3.1 menetukan …. teks transaksional…. fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan sesuai dengan konteks.
4.1 membuat wacana … teks transaksional…. fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan
3.2 menentukan …teks interaksi transasksional… fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan.
4.2 menghasilkan wacana … teks interaksi transasksional … fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan.
Sumber: Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018 tentang Perubahan Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

Ada 2 poin utama yang dapat ditangkap dari tabel di atas. Pertama, di luar kompetensi sikap (spiritual dan sosial), ada dua kompetensi yang dirumuskan oleh kurikulum 2013, yaitu kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Kompetensi pengetahuan cenderung menggunakan kata-kata: mengidentifikasi, menentukan, menggambarkan, menganalisis. Sedangkan kompetensi keterampilan cenderung menggunakan kata-kata: mengolah, menalar, menyaji, mendramatisasi, menghasilkan, membuat. Jika disederhanakan, perbedaan kedua jenis kompetensi terlihat pada tingkatan kompetensi tersebut, yaitu: kemampuan pemahaman untuk kompetensi pengetahuan, dan kemampuan memproduksi untuk kompetensi keterampilan.       
Kedua, ada 3 (tiga) poin utama yang terlihat mencolok, yaitu: penggunaan istilah teks, di mana seluruh penggunaan istilah teks tersebut selalu diikuti oleh istilah-istilah lainnya, yaitu: unsur kebahasaan, struktur teks, konteks/fungsi sosial teks. Unsur kebahasaan merupakan semua komponen yang terkait dengan persoalan gramatikal, struktur teks merupakan segala persoalan yang terkait dengan struktur generic teks, sedangkan fungsi sosial teks merupakan segala hal yang terkait dengan konteks sosial dan konteks budaya yang terkait dengan teks. Intinya, dari rumusan ini terlihat bahwa teks secara tidak langsung telah direkomendasikan sebagai basis dari pembelajarang berbahasa Jepang. 
a.       Teks
Berdasarkan gradasi, komponen bahasa dapat diurutkan menjadi, fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, wacana/pragraf, dan teks. Dari urutan ini, bisa dikatakan bahwa teks merupakan komponen bahasa yang paling lengkap.  Senada dengan itu, Tokieda (Nurhadi, 2017) mengatakan bahwa teks adalah satuan bahasa terbesar dan terlengkap. Teks adalah satu kesatuan makna, di mana komponen-komponen pembentuk teks membuat jaringan-jaringan makna sehingga membentuk makna teks secara keseluruhan.
Teramura (Nurhadi, 2017) menyampaikan bahwa konstruksi teks/bunsho no kouzou sama dengan struktur mobil, manusia, wilayah negara. Masing-masing memiliki unsur yang menyatu membentuk satu kesatuan makna. Oleh karena itu, studi tentang teks mengkaji struktur teks sebagai pokok masalahnya. mengingat teks terbentuk dari berbagai unsur pembentuk, maka, di samping struktur teks, unsur pemberntuk teks, hubungan antar-unsur, fungsi unsur pembentuk teks juga harus diteliti.
Analogi teks sebagai manusia yang disampaikan Teramura di atas sangat relevan dengan struktur generik teks yang secara umum dikelompokkan menjadi kepala, badan, dan kaki. Istilah pengelompokkan ini juga bisa dinamakan dengan; bagian pembuka (kepala), bagian isi (badan), dan bagian penutup (kaki).

b.      Pembelajaran Berbahasa Jepang Berbasis Teks
Pemilihan teks sebagai basis pembelajaran bahasa dalam kurikulum 2013, menurut Agustina (2017) memiliki beberapa alasan. Pertama, melalui teks, kemampuan berpikir siswa dapat dikembangkan. Kedua, materi pembelajaran berbasis teks lebih relevan dengan karakteristik kurikulum 2013 yang berorientasi pada; sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Orientasi sikap bisa terlihat dari fungsi sosial/konteks dari teks, orientasi pengetahuan dan keterampilan bisa terlihat jelas dari rumusan dari kompetensi pengetahuan kompetensi keterampilan. 
Pada proses pelaksanaan, kurikulum 2013 sebenarnya bisa menggunakan berbagai model dan pendekatan, misalnya: model discovery learning, model problem based-learning, project-based learning, genre based approach (BGA), Content Language Integrated Learning (CLIL) dan lainnya. Adapun langkah-langkah pembelajarannya, Isodarus (2017) merkomendasikan aktivitas pembelajaran bahasa berbasis teks yang terdiri dari; mengidentifikasi informasi/isi teks, mengidentifikasi unsur-unsur kebahasaan teks, membandingkan dengan teks lain, dan menulis teks. Sedangkan jika merujuk pada pendekatan scientific, aktivitas pembelajaran berbasis teks dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut ini.
1)      Mengamati
Untuk mengamati, aktivitas pembelajaran yang bisa diterapkan antara lain.
a)      Memperhatikan gambar dan teks (misalnya teks transaksional)
b)      Mencoba memeragakan teks transaksional seperti di gambar.
2)      Mempertanyakan (dipandu dengan lembar kerja, media gambar berisi kosa kata, kalimat berbahasa Jepang, dan teks transaksional)
a)      Membagi siswa dalam kelompok (5 orang/kelompok)
b)      Memahami instruksi-instruksi yang ada di lembar kerja sebagai permasalahan yang harus diselesaikan dengan bantuan gambar.
3)      Mengumpulkan informasi (dipandu dengan lembar kerja, media gambar berisi kosa kata, kalimat berbahasa Jepang, dan teks transaksional)
a)      Mendekonstruksi struktur kebahasaan teks transaksioanal, khususnya kosa kata dengan mengidentifikasi bagian-bagian yang berbeda.
b)      Mendekonstruksi struktur kebahasan teks transaksional, khususnya kerangka/pola kalimat dengan mengidentifikasi bagian-bagian yang sama.
c)      Mendekonstuksi struktur teks transaksional dengan mengidentifikasi  struktur teks (misalnya; pembukaan, isi, penutup)
d)     Mengidentifikasi konteks (tempat/situasi/hubungan antara pembicara dalam teks)
4)      Menalar (dipandu dengan lembar kerja, media gambar berisi kosa kata, kalimat berbahasa Jepang, dan teks transaksional)
a)      Menganalisis arti kosa kata dengan membandingkan kosa kata dengan gambar.
b)      Menganalisis arti kalimat berdasarkan kosa kata dan memperhatikan gambar.
c)      Menganalisis fungsi kalimat.
d)     Menganalisis isi dan arti struktur teks transaksional (isi dan arti pembuka, isi dan arti isi, isi dan arti penutup) dengan menggunakan informasi di atas (a, b) dan membandingkan teks dengan gambar.
e)      Menganalisis fungsi sosial teks transaksional berdasarkan data tentang konteks yang terkumpul.
5)      Mengomunikasikan
a)      Mempraktikkan teks transaksional sesuai dengan persepsi kelompok.
b)      Mempresentasikan hasil kerja kelompok (menjelaskan fungsi dan pola kalimat yang ada di teks transaksional, menjelaskan fungsi sosial dan konteks teks transaksional)

D.    Penutup
Sebagai bagian dari fungsi pedagogis, seorang pengajar harus memahami dan bisa memaknai perubahan kurikulum sebagai bagian dari proses pengembangan pembelajaran menuju formula yang lebih baik. Lahirnya kurikulum 2013 berarti lahirnya produk hasil pengembangan dan penyempurnaan kurikulum sebelumnya. Pada dasarnya, ada tiga kompetensi utama yang ingin dibenahi oleh kurikulum 2013, yaitu; pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Untuk mengajarkan ketiga keterampilan tesebut di dalam pembelajaran bahasa, pembelajaran bahasa berbasis teks adalah yang paling relevan. Teks adalah komponen bahasa terlengkap, yang di dalamnya terkandung unsur kebahasaan (kompetensi pengetahuan), unsur dan struktur teks (kompetensi keterampilan), serta fungsi sosial teks (kompetensi sikap).   

Daftar Pustaka
Agustina, E. S. (2017). Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks: Representasi Kurikulum 2013. . Aksara: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 18 Nomor 1.
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti. (2018). Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi di Era Industri 4.0. . Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti.
Isodarus., P. P. (2017). Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks. Sintesis: Jurnal Ilmiah Kebudayaan. Volume 11 Nomor 1.
Kemendikbud. (2013). In Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas /Madrasah Aliyah. Jakarta: Kemendikbud.
Kemendikbud. . (2017.). In Model silabus mata pelajaran sekolah menengah atas/madrasah Aliyah (SMA/MA). Jakarta: Kemendikbud. .
Nurhadi, D. (2017). Struktur Teks Karangan Bahasa Jepang: Analisis pada karangan mahasiswa angkatan 2013. Paramasastra: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra dan Pembelajarannya, Volume 4 Nomor 1.
P, D. B. (2018). Sejarah Revolusi Industri 1.0 Hingga 4.0. Retrieved from otomasi.sv.ugm.ac.id: http://otomasi.sv.ugm.ac.id/2018/10/09/sejarah-revolusi-industri-1-0-hingga-4-0/
Print, M. (1993). Curriculum Development and Designs. USA: Allen & Unwin.
Richard, J. C. (2001). The Origins of Language Curriculum Development. USA: Cambridge University.
Saragih, A. (2019. ). “Functional Grammatics”. Workshop Penulisan Disertasi . Padang.: Universitas Negeri Padang.
The Japan Foundation. (2017). In JF Standard bagi Pendidikan Bahasa Jepang: Petunjuk Pemakaian bagi Pengguna. Saitama: The Japan Foundation.

No comments:

Post a Comment