Showing posts with label Artikel Kependidikan. Show all posts
Showing posts with label Artikel Kependidikan. Show all posts

Friday, September 17, 2021

Review Artikel: Pemilihan Teknologi untuk Kelas Bahasa (Media Sosial)

 A.    PENDAHULUAN

Pada pembahasan mengenai “Pemilihan Teknologi Untuk Kelas Bahasa” ini, artikel yang akan dikaji adalah artikel yang ditulis oleh Vilhelmina Vaičiūnienė, Viktorija Mažeikienė. Artikel ini berjudul “Social Media in Adult Education: Insights Gained from GRUNDTVIG Learning Partnership Project “Institutional Strategies Targeting The Uptake Of Social Networking In Adult Education (ISTUS)”. Artikel ini dipublikasikan pada jurnal Social Technologies. 2012, 2(2): 473–482. Artikel ini merupakan hasil penelitian bersama antara kedua peneliti di atas yang didukung oleh institusi tempat keduanya mengabdi.

 

B.     RINGKASAN ARTIKEL

Secara umum hasil penelitian yang dilakukan oleh Vilhelmina Vaičiūnienė dan Viktorija Mažeikienė, yang berjudul “Social Media in Adult Education: Insights Gained from GRUNDTVIG Learning Partnership Project “Institutional Strategies Targeting The Uptake Of Social Networking In Adult Education (ISTUS)” dapat dijelaskan dengan rumusan berikut ini.

1.      Praktik Mengajar/Belajar

Lima orang responden yang diwawancarai mengatakan bahwa institusi memberikan dukungan yang baik terhadap perkembangan personal dan profesional responden melalui sistem pembelajaran. Baik pembelajaran tatap muka maupun online.

2.      Defenisi Media Sosial

Responden mendefenisikan media sosial sebagai: 1) tekonologi internet dan teknologi telekomunikasi yang digunakan oleh individu, kelompok, organisasi, 2) software untuk bekerja sama, 3) sarana untuk berbagi informasi, 4) situs sosial di internet, 5) informasi yang tidak jelas karena bisa saja berasal dari orang yang tidak kompeten.

3.      Alasan Penggunaan Media Sosial

Semua responden mengatakan bahwa mereka menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dengan teman. Komunikasi dengan teman tersebut ada yang bertujuan untuk belajar. Sementara itu, tidak ada yang menggunakan untuk berkomunikasi dengan guru.

4.      Contoh Penggunaan Media Sosial untuk Belajar

Semua responden menjawab memanfaatkan media sosial untuk belajar dengan teman dalam bentuk berbagi informasi, ide, dan berdiskusi tentang artikel.

5.      Dampak Media Sosial terhadap Pekerjaan dan Proses Belajar

Dampak positif: solusi untuk jarak jauh, mengatasi masalah yang tidak mungkin diselesaikan sendiri, membantu mendapatkan banyak informasi, memudahkan dari aspek waktu, memudahkan memperluas pergaulan.

Dampak negatif: makan waktu, membuat kecanduan, waktu yang dihabiskan di media sosial lebih baik digunakan untuk belajar, olah raga, dan lainnya, merusak hubungan sosial yang nyata. Akan tetapi, ada juga responden yang berpandangan bahwa media sosial harus dilibatkan dalam pembelajaran.  

6.      Keterampilan yang Dapat Didukung oleh Media Sosial

Setiap penggunaan media di dalam pembelajaran tentu diharapkan dapat meningkatkan kompetensi tertentu. sehubungan dengan itu, kompetensi yang dapat diperoleh dari penggunaan media sosial untuk pembelajaran adalah: kolaborasi, kreatif, sosial, pengetahuan tertentu, dan computer.

 

C.     PEMBAHASAN

Berdasarkan topik yang akan dibahas, yaitu Pemilihan Teknologi Untuk Kelas Bahasa, maka review artikel ini akan dilihat dari sudut pandang alasan-alasan yang melatar-belakangi pemilihan media sosial sebagai media pembelajaran bahasa. Sehubungan dengan itu, maka, pembahasan/review terhadap artikel ini akan dikelompokkan ke dalam dua sub-judul, yaitu: aspek negatif artikel, dan aspek positif artikel.

1.      Aspek Negatif

Aspek negatif dari artikel secara umum terpusat pada responden yang diwawancarai. Adapun aspek negatif dari responden terkait dengan lingkungan sosial-budaya, dan pekerjaan/aktivitas responden. Pertama, kedewasaan seseorang biasanya memiliki hubungan yang sangat kuat dengan lingkungan sosial-budaya di mana seseorang itu berada. Tinjauan lingkungan sosial-budaya sangat penting untuk melihat kemungkinan persepsi responden dan potensi penggunaan media sosial oleh responden. Sebab, di lingkungan sosial-budaya tertentu, menggunakan media-sosial kadang dapat memunculkan negative image, terutama bagi pengguna media sosial. Hal ini sesuai dengan pandangan ahli (Arsyad, 2007; Sukiman, 2012) yang mengatakan bahwa pengembangan media pembelajaran harus memperhatikan aspek-aspek filosofi dan psikologi yang sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial-budaya.

Kedua, karakteristik pekerjaan responden di luar sebagai pelajar juga perlu diperhatikan. Dalam hal ini, semakin beragam jenis pekerjaan/aktivitas responden akan semakin baik. Dengan demikian, jumlah responden yang 5 orang menjadi sangat bermakna karena mampu memberikan perspektif yang beragam sebagai pengaruh dari keberagaman pekerjaan yang digeluti. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, ada jenis pekerjaan tertentu yang ternyata banyak memanfaatkan keunggulan dari media sosial. Sebaliknya, juga tidak menutup kemungkinan ada instansi tertentu yang malah anti terhadap penggunaan media sosial dalam proses melaksanakan pekerjaan. Paling tidak, dengan adanya kajian tentang pekerjaan, kita mendapat gambaran tentang fenomena penggunaan media sosial di lingkungan kerja, baik untuk kepentingan pekerjaan ataupun untuk urusan personal-personal para pekerja.

 

2.      Aspek Positif

Aspek Positif dari pembahasan yang dihasilkan oleh penelitian yang dituangkan di dalam artikel ini adalah bahwa penelitian ini dapat menggambarkan dua fakta menarik, yaitu: kontroversi realitas penggunaan media sosial, rumusan beberapa keterampilan yang dapat dikembangkan dari penggunaan media sosial. Pertama, terkait kontroversi antara realitas penggunaan media sosial dengan harapan pengguna media sosial. Pada satu sisi, rseponden mengatakan bahwa mereka tidak menggunakan media sosial untuk belajar. Pada sisi lain, responden berharap fitur-fitur yang ada di media sosial dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran. Hal menarik dari fakta ini bukanlah tentang kontradiksinya, tapi pada kesadaran responden akan kuatnya pengaruh media sosial bagi kehidupan masyarakat secara umum, pelajar secara khusus. Kesadaran inilah yang pada akhirnya mendorong peneliti dan institusi untuk memikirkan dan mengembangkan pemanfaatan media sosial untuk pembelajaran.

Kesadaran peneliti dalam memutuskan untuk memilih media sosial sebagai media pembelajaran karena didorong oleh fenomena kecenderungan penggunaan media sosial tersebut sangat sejalan dengan teori pendekatan historis sosial-budaya yang diketengahkan oleh Motteram (materi di elearning). Menurut sejarah sosial budaya, pemilihan media lebih mengedepankan kecenderungan penggunaan media dibandingkan dengan nilai atau kualitas kecanggihan dari media itu sendiri. Misalnya, dibandingkan media telepon, penggunaan media SMS lebih baik ditinjau dari pendekatan sosial-budaya karena orang lebih cenderung menggunakan SMS dibandingkan telepon meskipun fungsi media telepon adalah untuk menelepon.

Kedua, peneliti menemukan bahwa penggunaan media sosial dapat mengembangkan keterampilan berkolaborasi, keterampilan sosial, kreatifitas, keterampilan dalam mengelola informasi, dan lain sebagainya. Keterampilan-keterampilan ini semua adalah bagian dari keterampilan-keterampilan yang pada masa sekarang ini sering dikatakan sebagai keterampilan abad 21, atau keterampilan RI 4.0 (Kemendikbud, 2017). Penekanan konsep literasi data dan problem-solving di dalam pendidikan RI 4.0 memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan melalui pembelajaran dengan menggunakan media sosial, terutama media sosial yang memang diciptakan untuk kepentingan pembelajaran. 

 

D.    KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Vilhelmina Vaičiūnienė, Viktorija Mažeikienė ini sangat potensial untuk dikembangkan sesuai dengan karakteristik media sosial yang digemari oleh pembelajar bahasa di Indonesia karena pembelajar Indonesia termasuk pengguna media sosial yang cukup besar di dunia.

 

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad Azhar. 2007. Media Pembelajaran (Edisi 9). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Motteram, Garry. ___. “Developing and Extending Our Understanding of Language Learning and Technology”.

Vilhelmina Vaičiūnienė, Viktorija Mažeikienė. 2012. “Social Media in Adult Education: Insights Gained from GRUNDTVIG Learning Partnership Project “Institutional Strategies Targeting The Uptake Of Social Networking In Adult Education (ISTUS)”. Social Technologies. 2012, 2(2): 473–482.

Kemendikbud. 2017. Model Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Jakarta: Kemendikbud.

Sukiman. 2012. Yogyakarta: Pengembangan Media Pembelajaran. Pedagogia.

Thursday, May 6, 2021

PENGEMBANGAN DAN PERLUASAN PEMAHAMAN TENTANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA

 A.      PENDAHULUAN

Sambung, Sihkabuden, Ulfa (2017) dalam penelitian yang dirancangnya untuk membantu pembelajaran kosa kata bahasa Jepang mengembangkan media pembelajaran yang disebut dengan mobile learning. Media ini merupakan bagian dari multimedia yang berbasis gamifikasi. Di dalam pembahasan teori tentang media pembelajaran, Sambung dkk sangat banyak membahas terntang teori multimedia dan komponen-komponen yang dimiliki oleh media mobile learning. Tidak sedikitpun Sambung dkk membahas tentang bentuk pengadaptasian mobile learning ke dalam metode atau strategi pembelajaran kosa kata bahasa Jepang.

Di samping itu, Rahmi (2014) mengadakan studi kasus di SD Islam Laboratorium Neuhen untuk mengimplementasikan media pembelajaran untuk siswa kelas enam. Pada bagian kajian teori dari penelitian ini, Rahmi hanya mengupas konsep media secara umum. Rahmi tidak mengadakan analisa kecocokan antara karakteristik siswa yang dijadikan subjek hingga yang paling penting yaitu metode atau strategi penggunaan media yang cocok dengan karakteristik siswa dan silabus pembelajaran yang digunakan di sekolah terkait.    

Dari dua contoh penelitian di atas, baik penelitian pengembangan yang dilakukan Sambung dkk (2017) maupun studi kasus yang dilakukan oleh Rahmi (2014) terlihat sebuah fenomena yang menarik. Fenomena yang menarik itu terletak pada kajian teori yang dituliskan oleh para peneliti, di mana tidak ditemukan metode atau strategi yang jelas tentang penggunaan media yang dikembangakan ataupun diuji-cobakan. Hal ini tentu memunculkan asumsi bahwa kedua peneliti di atas memiliki pemahaman bahwa media dan media pembelajaran sama saja. Oleh karena itu, untuk melihat lebih dalam apakah media dalam konteks umum dengan media dalam konteks pembejaran adalah hal yang sama, penulis mencoba memproduksi tulisan ini. Mudah-mudahan dapat memperluas pemahaman pembaca tentang media dalam konteks pembelajaran.

 

B.      PEMBAHASAN

Ada berbagai sudut pandang yang dapat dipilih dalam mencermati media pembelajaran. Di dalam tulisan ini, penulis menggunakan sudut pandang teknologi pendidikan.

1.      Konsep Pengembangan Teknologi Pendidikan

Teori tentang teknologi pendidikan memandang media sebagai instrumen yang memiliki dua dimensi, yaitu hardware dan software (Sukiman, 2012).

a.       Hardware Approach

Sudut pandang hardware menempatkan media sebagai alat komunikasi untuk kepentingan pendidikan. Fokus kajian tentang media memberikan penekanan pada media sebagai sebuah alat fisik.

 

b.       Software Approach

Sementara itu, sudut pandang software menempatkan media sebagai sesuatu yang tidak selalu bersifat fisik. Ada beberapa konsep yang mencuat terkait media sebagai software ini, yang dapat dijabarkan dengan rumusan berikut ini.

1)      Pengembangan media merupakan pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem, teknik, dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran

2)      Pengembangan media merupakan pemikiran sistematis tentang pendidikan, penerapan, metode problem solving dalam pendidikan dengan menggunakan alat-alat komunikasi modern dan tampat alat tersebut.  

3)      AECT (Association for Educational Communication and Technology) mengatakan bahwa teknologi pendidikan adalah proses yang kompleks dan terpadu (terintegrasi) yang melibatkan manusia, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar. Langkah pemecahan masalah tersebut dapat digambarkan seperti berikut ini.

Pengelolaan Pendidikan

Pengembangan Pendidikan

Sumber Belajar

Pembelajar

 


-      Pengelolaan organisasi

-      Pengelolaan personil

-       Riset-teori

-       Desain

-       Produksi

-       Evaluasi-seleksi

-       Logistic

-       Pemanfaatan (penyebaruasan pemanfaatan)

-     Pesan

-     Orang 

-     Bahan

-     Peralatan

-     Teknik

-     Latar/lingkungan

Pembelajar

Gambar 1 Langkah Pemecahan Masalah Teknologi Pendidikan

 

2.      Prinsip Pengembangan Teknologi Pendidikan

Sebagai bagian dari sistem pendidikan, teknologi pendidikan memandang bahwa media pembelajaran harus menganut prinsip-prinsip berikut ini (Azhar, 2007).

a.       Berorientasi kepada Pembelajar

Tujuan penggunaan media pada dasarnya adalah untuk membantu siswa. Oleh karena itu, sebuah media yang akan digunakan untuk pembelajaran harus dapat memotivasi dan mengaktifkan peran siswa di dalam proses pembelajaran.

b.      Menggunakan Pendekatan Sistem

Pembelajaran didasari oleh kurikulum. Kurikulum merupakan rangkaian sistem yang di dalamnya terdapat berbagaia komponen, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Setiap komponen kurikulum ini juga melibatkan berbagai pihak, khususnya guru dan siswa. Artinya, pengembangan sebuah media untuk pembelajaran tidak dapat mengabaikan berbagai komponen pembelajaran hingga pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.

c.       Pemanfaatan Sumber Belajar Secara Luas dan Maksimal

Salah satu keistimewaan penggunaan media dalam pembelajaran adalah memberikan sumber belajar yang sama sehingga memberikan imformasi yang sama pula terhadap siswa. Oleh karena itu, media yang digunakan untuk pembelajaran sebaiknya dapat menfasilitasi sumber belajar yang beragam sehingga ada variasi yang dapat membuat siswa tidak cepat bosan. 

 

3.      Perkembangan Teknologi Pendidikan

Dalam sejarah perkembangannya, Wallington (dalam Sukiman, 2012) mengatakan bahwa perkembangan teknologi pendidikan dapat dikelompokkan pada dua periode, yaitu; periode awal, dan periode pertumbuhan teknologi pendidikan.

a.       Periode Awal

Pada periode awal ini, perkembangan teknologi pendidikan pendidikan dipelopori oleh kelompok sofis dan kelompok filosuf Yunani Klasik. Adapun tokoh-tokoh dan karakteristik tekonologi pembelajaran periode awal ini adalah sebagai berikut ini.

1)     Sofis (sekitar 500 Tahun SM)

a)     Ceramah dari sumber belajar

b)     Penyampaian oleh khalayak

c)      Debat

 

2)     Socrates (470-399 SM)

a)     Pelopor dialektik pengetahuan.

b)     Maieutic (mengurai), sekarang dikenal dengan Inquiry (mencari tahu)

c)      Teknik: tanya-jawab

d)     Membangun konsep

 

3)     Johan Amos Comenius (1592-1670)

a)     Karya: Orbus Pictus (Dunia dalam gambar), tahun 1658.

b)     Isi pelajaran harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak didik.

c)      Sesuatu yang diajarkan harus mempunyai aplikasi praktis dalam kehidupan dan harus mengandung nilai bagi anak didik.

d)     Bahan ajar disusun secara induktif, mulai dari yang mudah meningkat ke arah yang sulit.

 

b.      Periode Pertumbuhan Teknologi Pendidikan

Periode pertumbuhan teknologi pendidikan telah sampai kepada bentuk-bentuk media yang lebih spesifik. Tidak tergantung pada karakteristik tokoh pendidiknya seperti periode awal. Adapun karakteristik teknologi pendidikan pada periode pertumbuhan teknologi pendidikan ini adalah seperti berikut ini.

1)      Pembelajaran Visual atau Alat Bantu Visual (1923)

2)      Pembelajaran audiovisual (1940)

3)      Pembelajaran komunikasi (1950)

4)      Penerapan Pendekatan Sistem dan Konsep Pengembangan Pelajaran dalam Kegiatan Pendidikan (1960), TP adalah:

4)      Proses yang kompleks dan terpadu (terintegrasi), melibatkan manusia, prosedur, ide, peralatan, organisasi untuk menganalis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia.

5)      Suatu bidang yang terlibat dalam membantu kegiatan belaiar manusia, melalui identifikasi masalah, pengembangan, organisasi, dan pemanfaatan berbagai sumber belajar secara sistematik serta melalui pengelolaan atas proses-proses tersebut.

 

4.      Pengaruh Penerapan Teknologi Pendidikan Terhadap Proses Pendidikan

Penerapatn teknologi pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap berbagai aspek pembelajaran, mulai dari tataran kebijakan hingga tataran pengimplementasian.

a.       Pengaruh terhadap Pengambilan Keputusan Pendidikan

Pengaruh penerapan teknologi pendidikan terhadap pengambilan keputusan di bidang pendidikan meliputi komponen-komponen berikut ini.

1)      Penetapan Isi

2)      Rancangan Pembelajaran. Orang-orang yang melaksanakan kegiatan merancang serta teknik yang dipergunakan akan mengalami perubahan dengan adanya pembelajaran bermedia.

3)      Produksi Bahan Pembelajaran

4)      Evaluasi Pembelajaran-efektifitas belajar dengan media

5)      Interaksi dengan Si-belajar

6)      Penilaian Belajar-kompleksitas penilaian

 

b.      Pengaruh terhadap Pola Pembelajaran

Pengaruh pengimplementasian teknologi pendidikan memberikan pengaruh yang kuat yang tergambar pada perkembangan pola-pola pembelajaran berikut ini.

1)     Pola pembelajaran tradisional dalam bentuk tatap muka guru peserta didik yang dapat digambarkan dengan bagan berikut ini.

Gambar 2 Pola Pembelajaran Tradisional

 

 

2)     Pola pembelajaran guru dengan media yang dapat digambarkan dengan bagan berikut ini.

Gambar 3 Pola Pembelajaran dengan Media

 

3)     Pola pembelajaran di mana kurikulum sampai kepada peserta didik melalui interaksi langsung antara peserta didik dengan sumber-sumber belajar, yang dapat digambarkan dengan bagan berikut ini.

Gambar 4 Pola Pembelajaran Interaksi Langsung dengan Sumber Belajar

 

4)     Pola pembelajaran yang “bermedia saja” yang dapat digambarkan dengan bagan berikut ini.

Gambar 5 Pola Pembelajaran dengan Media Saja

 

c.       Hubungan Teknologi Pendidikan dengan Media Pembelajaran

Salah satu hal penting yang harus diperhatikan dan difasilitasi dalam pengembangan media pembelajaran adalah perkembangan teknologi. Oleh karena itu, banyak ahli yang juga mengelompokkan media pembelajaran berdasarkan teknologi yang digunakan, seperti: cetak, audio-visual, computer, dan lain sebagainya. Secara umum, hubungan antara media dengan teknologi dapat digambarkan seperti gambar berikut ini




 

 Gambar 6 Hubungan Teknologi Pendidikan dengan Media Pendidikan

 

5.      Prosedur Pengembangan Media Pembelajaran

Sebagai sebuah sistem di dalam pembelajaran, maka pengembangan media pembelajaran harus mengikuti prosedur yang berlaku di dalam sistem tersebut. Apa lagi, jika pengembangan media terkait dengan model-model pembelajaran tertentu, maka prosedur pengembangan media harus mengikuti prosedur pembelajaran model terkait. Secara umum, prosedur pengembangan media meliputi; perencanaan media, produksi media, evaluasi media.

a.       Perencanaan Media

Perencanaan media adalah bagian terpenting karena menentukan perlu atau tidaknya sebuah media dikembangkan. Adapun aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut ini.

1)     Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa.

2)     Merumuskan kompetensi dan indikator hasil belajar.

3)     Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya kompetensi.

4)     Mengembangkan alat pengukur keberhasilan.

5)     Menulis naskah media.

6)     Mengadakan tes dan revisi.

 

b.      Produksi Media

Pemroduksian media merupakan aktivitas pokok yang melibatkan tiga kelompok personil terkait media, yaitu: sutradara atau pemimpin produksi, kerabat kerja, dan pemain. Ketiga kelompok personil itu mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda namun semuanya menuju satu tujuan yaitu menghasilkan program media yang mempunyai mutu teknis yang baik.

 

c.       Evaluasi Media

Evaluasi media penting dilakukan untuk melihat kelayakan, efesiensi, efektifitas, hingga kepraktisan media untuk digunakan dalam pembelajaran. Evaluasi ini meliputi bentuk-bentuk berikut ini.

1)     Evaluasi formatif: mengumpulkan data tentang efektivitas dan efisiensi bahan-bahan.

2)     Evaluasi sumatif: mengumpulkan data dalam rangka untuk menentukan apakah media yang dibuat patut digunakan.

 

Dalam proses evaluasi, fokus utama dalam evaluasi media diarahkan pada evaluasi formatif, terutama pada uji coba one to one (2 orang; 1 kelompok atas, 1 kelompok bawah), uji kelompok kecil (10-20 orang), dan uji lapangan. Di samping itu, perlu juga diperhatikan di dalam evaluasi ini sebuah fenomena yang disebut dengan “hallo effect”, yaitu efek kejut yang muncul karena media yang dikembangkan ternyata baru, tidak familiar bagi pembelajar dan guru.

 

6.      Pengembangan Pemahaman Tentang Teknologi Pembelajaran Bahasa

Untuk mengembangkan pemahaman terhadap teknologi pendidikan untuk pembelajaran bahasa perlu dicermati kembali beberapa hal berikut ini.

a.       Sejarah Sosial-Budaya Teknologi Pendidikan

Dalam konteks budaya, bahasa merupakan wujud dari sebuah budaya sehingga tidak dapat dipisahkan dengan manusianya. Begitu juga dengan teknologi yang juga merupakan produk dari kebudayaan yang lebih maju, yang biasa disebut sebagai peradaban. Teknologi dalam sejarah perkembangannya disebut juga dengan artefak budaya. Ditinjau dari sudut ini, maka teknologi pendidikan sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan kecenderungan kehidupan masyarakat pada zamannya (Motteram).

Misalnya, penulisan huruf China dari atas ke bawah dipengaruhi oleh media/teknologi yang digunakan pada masa itu, yaitu bambu. Contoh lainnya pada zaman modern, penggunaan fitur short message service (SMS) pada alat komunikasi handphone. Handphone fungsi utamanya adalah alat untuk berbicara jarak jauh secara lisan. Akan tetapi, karena berbagai pertimbangan, mulai dari biaya dan kemudahan akses, pengguna handphone justru lebih cenderung memilih fitus SMS dari pada berbicara via handphone. Pesannya adalah, bahwa dalam pengembangan pemahaman tentang teknologi pendidikan yang akan digunakan untuk pembelajaran harus memperhatikan kecenderungan siswa dan guru sebagai pelaku utama pendidikan tersebut karena kebermanfaatan media tersebut tergantung kepada mereka.

 

 

b.      Kurikulum dan Karakteristik Pembelajaran

Bagaimanapun, sebuah program pembelajaran dijalankan berdasarkan kurikulum yang telah direncanakan dengan melibatkan berbagai pihak terkait dan proses yang kompleks. Kurikulum tersebut disusun untuk mewujudkan tujuan pembelajaran yang telah diputuskan melalui peroses akademik, ilmiah, uji lapangan, hingga proses politik. Oleh karena itu, pengembangan media pembelajaran harus dipahami sebagai bagian dari upaya untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan di dalam kurikulum, baik tujuan akademik, maupun tujuan hidup.

Terkait dengan tujuan akademik, maka pengembangan media pembelajaran seharusnya memperhatikan konten hingga pendekatan pembelajaran yang direkomendasikan di dalam kurikulum. Jangan sampai, penggunaan media berdiri sendiri, tidak terintegrasi dengan prosedur pembelajaran sehingga tujuan akademik pembelajaran menjadi tidak tercapai sesusi dengan tersistem sesuai dengan yang diatur di dalam prosedur pembelajaran.

Di samping itu. Pengembangan media pembelajaran juga harus memperhatikan tujuan hidup yang biasanya diintegrasikan ke dalam kurikulum. Misalnya, pada zaman sekarang, tuntutan hidup yang ada mendorong kurikulum untuk menfasilitasi penanaman kompetensi-kompetensi yang terkait dengan kebutuhan hidup zaman revolusi industri 4.0. Oleh karena itu, media pembelajaran yang dikembangkan hendaknya juga relevan dengan zaman dan tuntutan hidup pada zaman terkait (Tim Penyusun Panduan Kurikulum Pendidikan Tinggi, 2018).

 

C.      PENUTUP

Berdasakan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran harus dipahami sebagai sebuah sistem di dalam pembelajaran. Sistem tersebut setidaknya menempatkan media pembelajaran sabagai hardware sekaligus software. Artinya, media sebagai instrumen harus terintegrasi dengan metode atau strategi pembelajaran sehingga layak untuk dimanfaatkan untuk sebuah proses pembelajaran. Di samping itu, pengembangan media pembelajaran juga harus memperhatikan tuntutan kurikulum dan tuntutan zaman karena pendidikan adalah investasi jangka panjang yang pada dasarnya dibuat untuk membantu manusia hidup menjadi lebih baik.

 

REFERENSI

Arsyad Azhar. 2007. Media Pembelajaran (Edisi 9). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Motteram, Garry. ___. “Developing and Extending Our Understanding of Language Learning and Technology”.

Rahmi, Regina. 2014. “The Implementation of in Englis Language Teaching”. Jurnal ___ Volume V Nomor 1, Januari 2014, ISSN 2086-1397.

Sambung, Dimas; Sihkabuden; Ulfa, Saidah. 2017. “Pengembangan Mobile Learning Berbasis Gamifikasi Untuk Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang Kelas X SMAN 1 Garum”. JINOTEP, Volume 3, Nomor 2, April 2017.

Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia.

Tim Penyusun Panduan Kurikulum Pendididikan Tinggi. (2018). Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi di Era Industri 4.0. . Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti.