Friday, September 17, 2021

Review Artikel: Pemilihan Teknologi untuk Kelas Bahasa (Media Sosial)

 A.    PENDAHULUAN

Pada pembahasan mengenai “Pemilihan Teknologi Untuk Kelas Bahasa” ini, artikel yang akan dikaji adalah artikel yang ditulis oleh Vilhelmina Vaičiūnienė, Viktorija Mažeikienė. Artikel ini berjudul “Social Media in Adult Education: Insights Gained from GRUNDTVIG Learning Partnership Project “Institutional Strategies Targeting The Uptake Of Social Networking In Adult Education (ISTUS)”. Artikel ini dipublikasikan pada jurnal Social Technologies. 2012, 2(2): 473–482. Artikel ini merupakan hasil penelitian bersama antara kedua peneliti di atas yang didukung oleh institusi tempat keduanya mengabdi.

 

B.     RINGKASAN ARTIKEL

Secara umum hasil penelitian yang dilakukan oleh Vilhelmina Vaičiūnienė dan Viktorija Mažeikienė, yang berjudul “Social Media in Adult Education: Insights Gained from GRUNDTVIG Learning Partnership Project “Institutional Strategies Targeting The Uptake Of Social Networking In Adult Education (ISTUS)” dapat dijelaskan dengan rumusan berikut ini.

1.      Praktik Mengajar/Belajar

Lima orang responden yang diwawancarai mengatakan bahwa institusi memberikan dukungan yang baik terhadap perkembangan personal dan profesional responden melalui sistem pembelajaran. Baik pembelajaran tatap muka maupun online.

2.      Defenisi Media Sosial

Responden mendefenisikan media sosial sebagai: 1) tekonologi internet dan teknologi telekomunikasi yang digunakan oleh individu, kelompok, organisasi, 2) software untuk bekerja sama, 3) sarana untuk berbagi informasi, 4) situs sosial di internet, 5) informasi yang tidak jelas karena bisa saja berasal dari orang yang tidak kompeten.

3.      Alasan Penggunaan Media Sosial

Semua responden mengatakan bahwa mereka menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dengan teman. Komunikasi dengan teman tersebut ada yang bertujuan untuk belajar. Sementara itu, tidak ada yang menggunakan untuk berkomunikasi dengan guru.

4.      Contoh Penggunaan Media Sosial untuk Belajar

Semua responden menjawab memanfaatkan media sosial untuk belajar dengan teman dalam bentuk berbagi informasi, ide, dan berdiskusi tentang artikel.

5.      Dampak Media Sosial terhadap Pekerjaan dan Proses Belajar

Dampak positif: solusi untuk jarak jauh, mengatasi masalah yang tidak mungkin diselesaikan sendiri, membantu mendapatkan banyak informasi, memudahkan dari aspek waktu, memudahkan memperluas pergaulan.

Dampak negatif: makan waktu, membuat kecanduan, waktu yang dihabiskan di media sosial lebih baik digunakan untuk belajar, olah raga, dan lainnya, merusak hubungan sosial yang nyata. Akan tetapi, ada juga responden yang berpandangan bahwa media sosial harus dilibatkan dalam pembelajaran.  

6.      Keterampilan yang Dapat Didukung oleh Media Sosial

Setiap penggunaan media di dalam pembelajaran tentu diharapkan dapat meningkatkan kompetensi tertentu. sehubungan dengan itu, kompetensi yang dapat diperoleh dari penggunaan media sosial untuk pembelajaran adalah: kolaborasi, kreatif, sosial, pengetahuan tertentu, dan computer.

 

C.     PEMBAHASAN

Berdasarkan topik yang akan dibahas, yaitu Pemilihan Teknologi Untuk Kelas Bahasa, maka review artikel ini akan dilihat dari sudut pandang alasan-alasan yang melatar-belakangi pemilihan media sosial sebagai media pembelajaran bahasa. Sehubungan dengan itu, maka, pembahasan/review terhadap artikel ini akan dikelompokkan ke dalam dua sub-judul, yaitu: aspek negatif artikel, dan aspek positif artikel.

1.      Aspek Negatif

Aspek negatif dari artikel secara umum terpusat pada responden yang diwawancarai. Adapun aspek negatif dari responden terkait dengan lingkungan sosial-budaya, dan pekerjaan/aktivitas responden. Pertama, kedewasaan seseorang biasanya memiliki hubungan yang sangat kuat dengan lingkungan sosial-budaya di mana seseorang itu berada. Tinjauan lingkungan sosial-budaya sangat penting untuk melihat kemungkinan persepsi responden dan potensi penggunaan media sosial oleh responden. Sebab, di lingkungan sosial-budaya tertentu, menggunakan media-sosial kadang dapat memunculkan negative image, terutama bagi pengguna media sosial. Hal ini sesuai dengan pandangan ahli (Arsyad, 2007; Sukiman, 2012) yang mengatakan bahwa pengembangan media pembelajaran harus memperhatikan aspek-aspek filosofi dan psikologi yang sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial-budaya.

Kedua, karakteristik pekerjaan responden di luar sebagai pelajar juga perlu diperhatikan. Dalam hal ini, semakin beragam jenis pekerjaan/aktivitas responden akan semakin baik. Dengan demikian, jumlah responden yang 5 orang menjadi sangat bermakna karena mampu memberikan perspektif yang beragam sebagai pengaruh dari keberagaman pekerjaan yang digeluti. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, ada jenis pekerjaan tertentu yang ternyata banyak memanfaatkan keunggulan dari media sosial. Sebaliknya, juga tidak menutup kemungkinan ada instansi tertentu yang malah anti terhadap penggunaan media sosial dalam proses melaksanakan pekerjaan. Paling tidak, dengan adanya kajian tentang pekerjaan, kita mendapat gambaran tentang fenomena penggunaan media sosial di lingkungan kerja, baik untuk kepentingan pekerjaan ataupun untuk urusan personal-personal para pekerja.

 

2.      Aspek Positif

Aspek Positif dari pembahasan yang dihasilkan oleh penelitian yang dituangkan di dalam artikel ini adalah bahwa penelitian ini dapat menggambarkan dua fakta menarik, yaitu: kontroversi realitas penggunaan media sosial, rumusan beberapa keterampilan yang dapat dikembangkan dari penggunaan media sosial. Pertama, terkait kontroversi antara realitas penggunaan media sosial dengan harapan pengguna media sosial. Pada satu sisi, rseponden mengatakan bahwa mereka tidak menggunakan media sosial untuk belajar. Pada sisi lain, responden berharap fitur-fitur yang ada di media sosial dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran. Hal menarik dari fakta ini bukanlah tentang kontradiksinya, tapi pada kesadaran responden akan kuatnya pengaruh media sosial bagi kehidupan masyarakat secara umum, pelajar secara khusus. Kesadaran inilah yang pada akhirnya mendorong peneliti dan institusi untuk memikirkan dan mengembangkan pemanfaatan media sosial untuk pembelajaran.

Kesadaran peneliti dalam memutuskan untuk memilih media sosial sebagai media pembelajaran karena didorong oleh fenomena kecenderungan penggunaan media sosial tersebut sangat sejalan dengan teori pendekatan historis sosial-budaya yang diketengahkan oleh Motteram (materi di elearning). Menurut sejarah sosial budaya, pemilihan media lebih mengedepankan kecenderungan penggunaan media dibandingkan dengan nilai atau kualitas kecanggihan dari media itu sendiri. Misalnya, dibandingkan media telepon, penggunaan media SMS lebih baik ditinjau dari pendekatan sosial-budaya karena orang lebih cenderung menggunakan SMS dibandingkan telepon meskipun fungsi media telepon adalah untuk menelepon.

Kedua, peneliti menemukan bahwa penggunaan media sosial dapat mengembangkan keterampilan berkolaborasi, keterampilan sosial, kreatifitas, keterampilan dalam mengelola informasi, dan lain sebagainya. Keterampilan-keterampilan ini semua adalah bagian dari keterampilan-keterampilan yang pada masa sekarang ini sering dikatakan sebagai keterampilan abad 21, atau keterampilan RI 4.0 (Kemendikbud, 2017). Penekanan konsep literasi data dan problem-solving di dalam pendidikan RI 4.0 memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan melalui pembelajaran dengan menggunakan media sosial, terutama media sosial yang memang diciptakan untuk kepentingan pembelajaran. 

 

D.    KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Vilhelmina Vaičiūnienė, Viktorija Mažeikienė ini sangat potensial untuk dikembangkan sesuai dengan karakteristik media sosial yang digemari oleh pembelajar bahasa di Indonesia karena pembelajar Indonesia termasuk pengguna media sosial yang cukup besar di dunia.

 

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad Azhar. 2007. Media Pembelajaran (Edisi 9). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Motteram, Garry. ___. “Developing and Extending Our Understanding of Language Learning and Technology”.

Vilhelmina Vaičiūnienė, Viktorija Mažeikienė. 2012. “Social Media in Adult Education: Insights Gained from GRUNDTVIG Learning Partnership Project “Institutional Strategies Targeting The Uptake Of Social Networking In Adult Education (ISTUS)”. Social Technologies. 2012, 2(2): 473–482.

Kemendikbud. 2017. Model Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Jakarta: Kemendikbud.

Sukiman. 2012. Yogyakarta: Pengembangan Media Pembelajaran. Pedagogia.

No comments:

Post a Comment