Saturday, October 13, 2012

Analisis Polisemi Kata Deru (出る), Ude (腕), Dan Saki (先)


Perubahan makna tidak terjadi begitu saja, ada faktor yang melatarbelakangi atau memotivasinya. oleh karana itu, untuk mencari makna kata yang berpolisemi kita harus melihat hubungan yang terdapat di antara kalimat-kalimat yang ada, seperti yang diistilahkan kawakami (dalam Dedi,2003: 172) dengan konsep thing and relation.  Selanjutnya, untuk mendeskripsikan hubungan antara makna-makna yang ditemukan, Momiyama, Honda, Kashino (dalam Sutedi, 2003: 178) menganjurkan untuk menggunakan tiga gaya bahasa, yaitu; metafora, metonimi, dan sinekdoke.
Mengenai definisi gaya bahasa di atas, Momiyama (dalam Sutedi, 2003: 178) menjelaskan sebagai berikut; 1) metafora merupakan penyamaan sesuatu dengan sesuatu lainnya karena persamaan/ kemiripannya, 2) metonimi merupakan pengumpamaan sesuatu dengan sesuatu lainnya karena kedekatan atau adanya keterkaitan secara ruang atau waktu, 3) sinekdoke merupakan pengumpamaan sesuatu yang umum dengan yang khusus atau sebaliknya. 
Selanjutnya, Sutedi (2009: 81) mengatakan bahwa ada tiga tahap yang dilalui dalam menganalisa perluasan makna atau polisemi, yaitu; pengkelasifikasian, menentukan makna dasar, dan mendeskripsikan hubungan antara makna-makna yang didapat. Pengkelasifikasian makna dan menentukan makna dasar bisa dilihat langsung dari kamus, dan khusus untuk perihal menentukan makna dasar, maka kamus yang digunakan adalah kamus yang memang menentukan mana yang makna dasar dan mana yang makna perluasan. Tidak bisa kamus yang mencampurkan begitu saja makna dasar dengan makna perluasan tanpa penjelasan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kamus dasar bahasa Jepang (2002) terbitan Humaniora Utama Press.
Polisemi kata deru (出る)
a.    Kelasifikasifikasi dan makna dasar
Menurut Kamus Dasar bahasa Jepang (2002) terbitan Humaniora Utama Press, kata deru memilki makna sebagai berikut:
1.   Keluar
2.   Muncul
3.   Dimuat
Dari ketiga makna di atas, dikatakan bahwa makna pertama (no. 1) merupakan makna dasar dari kata deru.

b.   Penggunaan kata deru dalam berbagai konteks dan maknanya, serta analisa tentang hubungan antara makna-makna yang ada.
Sebelum membahas kepolisemian makna kata deru, berikut dipaparkan beberapa data tentang penggunaan kata deru;
No.
Ungkapan/ Kalimat
Makna
1.
家を出る     
Keluar rumah      
2.
星が出る
Bintang muncul
3.
この品はよく出る  
Barang ini sangat laku 
4.
この学校から名士がたくさん出た
Sekolah ini sudah banyak menghasilkan tokoh masyarakat
5.
市役所に出ている
Bekerja di kantor walikota
6.
コーヒーが出ます
Kopinya akan datang
7.
どうでるかみていよ
Lihat saja sikap apa yang akan diambilnya
8.
悪意が顔にでる
Pikiran jelek tercermin dari mukanya
9.
その火事が新聞に出た
Kebakaran itu dimuat di koran

Contoh satu (1)merupakan makna dasar (kihongi) dari kata deru. Jika kita perhatikan secara lahiriah, maka dapat kita gambarkan makna dasar kata deru sebagai berikut;
a.    Adanya sesuatu yang melakukan/ tidak sebuah aktifitas
b.   Proses aktifitas tersebut melibatkan ruang dan waktu
c.    Adanya dua wadah yang terlibat; pertama wadah yang merupakan tempat awal, kedua wadah yang merupakan tempat akhir dari perpindahan sesuatu tersebut.
Beberapa rumusan tentang makna dasar kata deru di atas bisa dikatakan sebagai prototipe dari kata deru itu sendiri. Berdasarkan prototipe ini, paling tidak bisa dianalisa hubungan makna kata deru yang ada pada contoh satu dengan yang lainnya.
Jika kita amati contoh dua (2) dan seterusnya, diketahui bahwa kesemua contoh berada di luar prototipe deru yang disusun di atas. Oleh karena itu, kita akan mencoba mencermati perubahan maknanya denga melihat kemiripan yang terdapat pada keduanya. Pada contoh dua (2), adalah tidak mungkin bintang bergerak dari dalam/ tempat tersembunyi/ tidak terlihat dan menampakkan diri, akan tetapi, perubahan terangnya siang menjadi gelapnya malam, membuat bintang seolah-olah muncul dari suatu tempat yang tersembunyi/ melakukan aktifitas menampakkan diri. Karena itu, pada kasus ini, kata deru dikatakan berubah secara metonimi. Hubungannya adalah keterikatan antara perubahan terang menjadi gelap dengan penampakan cahaya yang berada pada bintang.
Sama dengan contoh dua (2), pada contoh tiga (3) makna deru juga mengalami perubahan secara metonimi. Hubungannya dapat dipahami dengan analisa sebagai berikut; banyaknya subjek lain (pembeli) yang membeli subjek kalimat (shina), aktifitas si pembeli ini jika diamati membuat subjek (shina) seolah-olah melakukan aktifitas keluar dari suatu tempat ke tempat lain, padahal yang melakukan aktifitas itu hanyalah si pembeli. Hal yang sama juga terjadi pada contoh sembilan (9). Ciri metoniminya dapat dipahami sebagai; bahwa berita yang termuat mewakili kebakaran, bukan kebakaran yang dimuat.
Pada contoh empat (4), kata deru mengalami perubahan makna secara metonimi. Karena jika kita amati secara detail, tentu tokoh-tokoh yang dimaksud tidak langsung menjadi tokoh masyarakat atau banyak unsur lain seperti pengalaman, pelatihan praktis, bimbingan khusus, dan lain-lain yang mereka lewati. Artinya, ada proses panjang bahkan tidak menutup kemungkinan banyak unsur-unsur lain yang ternyata lebih berperan membentuk mereka sampai dikenal sebagai tokoh masyarakat. Akan tetapi, karena secara linguistik orang lebih mengetahui dan mempercayai sekolah dari pada unsur-unsur di atas, maka, si pembicara memilih sekolah sebagai perwakilan dari komponen atau unsur-unsur lain tersebut.
Pada contoh lima (5), kata deru juga mengalami perubahan makna secara metafora. Aktifitas bekerja yang biasanya dinyatakan dengan kata tsutomete iru atau hataraite iru diwakili oleh kata dete iru. Hal ini terjadi adalah karena aktifitas berulang-ulang yang tersirat dalam kata dete iru menuju satu tempat (kantor walikota) mirip dengan aktifitas orang yang bekerja di sana. Artinya, hanya orang yang bekerja di suatu tempatlah yang akan melakukan aktifitas seperti ini. Karena itu, kata dete iru di sini bisa dimaknai sebagai aktifitas bekerja.
Sama dengan contoh empat (4), kata deru pada contoh enam (6) juga mengalami perubahan makna secara metonimi. Di sini kata deru mengandung makna yang mirip dengan makna dasarnya yaitu datang/ keluar. Sangat tidak masuk akal jika kopi akan datang begitu saja, yang memungkinkan adalah seseorang dengan membawa kopi akan datang. Untuk mewakili kompleksitas seseorang (bisa jadi seorang pelayan) yang akan datang menyuguhkan kopi ternyata bisa diwakili oleh kata kopi yang seolah-olah datang. Oleh karena itu, ungkapan pada contoh ini bisa dikatakan mengalami perubahan makna secara metonimi.
Berbeda dengan contoh enam (6), pada contoh 7 kata deru mengandung makna yang jauh berbeda dengan makna dasarnya, yaitu menjadi sikap/ keputusan. Pada contoh ini kata deru mengalami perubahan makna secara metafora. Kesamaan/ kemiripan sikap, keputusan dengan kata keluar dapat dijelaskan seperti ini; a) sebelum dinyatakan, sikap dan keputusan terpendam di dalam diri si pembuat keputusan, b) sikap dan keputusan merupakan sesuatu yang akan dinyatakan/ dikeluarkan oleh seseorang. Oleh karena itu, kata deru, sesuai dengan konteks kalimatnya bisa mengandung makna sikap atau keputusan.
Mirip dengan contoh tujuh (7), pada contoh delapan (8), kata deru juga mengalami perubahan makna secara metafora. Persamaannya dapat ditemukan di sini adalah berupa ekspresi yang tidak sedap/ enak dipandang.
Dari analisa konteks ujaran di atas, ditemukan bahwa di samping makna yang tertulis dalam kamus sumber, deru juga mempunyai makna lain seperti; bekerja, disuguhkan, tercermin, sikap, dan laris/ laku.
Polisemi kata ude ()
Masyarakat Jepang adalah masyarakat pekerja, karena itu organ tubuh yang berkaitan erat dengan pekerjaan seperti tangan dan kaki menjadi simbol produktifitas seseorang. Hanya saja, tentu cara pengekspresiannya lewat bahasa berbeda dengan negara lain di luar Jepang. Tapi, hal ini bisa dipahami dalam konteks universal seperti halnya arah; kanan dan atas dianggap identik dengan kebaikan/ positif/ kelebihan, dan lain-lain, sedangkan kiri dan bawah identik dengan keburukan/ negatif/ kekurangan, dan lain-lain.
a.    Kelasifikasifikasi dan makna dasar
Menurut Kamus Dasar bahasa Jepang (2002) terbitan Humaniora Utama Press, kata ude memilki makna sebagai berikut:
1.   Lengan
2.   Kemampuan
Sesuai dengan aturan dalam kamus di atas, makna pertama (no. 1) merupakan makna dasar dari kata ude.
b.   Penggunaan kata ude dalam berbagai konteks dan maknanya, serta analisa tentang hubungan antara makna-makna yang ada:
1.   腕を見せる                                          memperlihatkan lengan
Di atas sudah disinggung bahwa masyarakat Jepang adalah masyarakat pekerja, oleh karena itu, sangat memungkinkan jika ungkapan ude wo miseru yang sebenarnya berarti memperlihatkan lengan berubah makna menjadi memperlihatkan kemampuan, tentunya yang bisa dilihat orang.

2.   腕が上がる                                          lengannya naik
Atas dan kanan secara universal identik dengan kebaikan, positif, dan kelebihan. Oleh karena itu, aktifitas yang mengarah ke atas seperti yang terjadi pada ungkapan ini, menjadi motif yang sangat memungkinkan kalimat ini dimaknai dengan meningkatnya kemampuan atau menjadi pandai.
3.   医者の腕を信頼する                                      percaya pada lengan dokter
Kerja dokter adalah menyembuhkan pasien. Pekerjaan yang ditentukan oleh kesabaran  kecermatan intelegensi bukan kekuatan. Yang dipercaya pada ungkapan ini bukanlah pada keterampilan tangan si dokter, akan tetapi lebih mengacu pada intelegensinya (karena ia seorang dokter). Artinya, di sini terlihat jelas bahwa kata ude tidak hanya bermakna kemampuan fisik, tetapi juga kemampuan nan fisik.
4.   彼の腕は鈍った                                   lengannya mengendur/ melemah
Pada tiga contoh di atas, makna ude yang dikupas cenderung mengacu ke arah positif. Pada contoh yang ini, secara harfiah diartikan dengan lengannya menurun. Hal ini tentu berkaitan dengan hal yang sifatnya negatif. Kalau naik dimaknai sebagai meningkatnya kemampuan atau menjadi pandai, tentunya ungkapan menurun ini memiliki makna kemampuan yang berkurang.
5.   彼の腕はまだ確かだった                       lengannya belum pupus
Secara harfiah, ungkapan di atas diartikan dengan lengannya belum pupus.  lengan pada contoh di atas mengandung dua makna, yaitu; pamor dan kemampuan. Pamor nampak dari minat orang terhadap dia, sedangkan kemampuan mengacu pada kemampuan/ keterampilannya.  Makna seperti ini juga bisa dianalisa pada contoh c. Lengan dokter tentu tidak bisa hanya diartikan sebagai kemampuan dokter, karena yang paling berpengaruh dan membuat orang percaya di sini adalah pamor yang muncul barangkali karena cerita orang, gelarnya, dan lain-lain. Belum tentu kemampuan kedokterannya dalam menyembuhkan orang sakit .
Dari beberapa contoh di atas, disamping makna yang ada di dalam Kamus Dasar Bahasa Jepang (2002), ditemukan bahwa makna lengan tidak hanya sebagai bagian dari tubuh dan kemampuan, tapi bisa juga dipahami sebagai pamor seseorang

Polisemi kata saki ()
a.    Kelasifikasifikasi dan makna dasar
Menurut Kamus Dasar bahasa Jepang (2002) terbitan Humaniora Utama Press, kata saki memilki makna sebagai berikut:
1.   Tadi
2.   Duluan
3.   Ujung
4.   Masa datang/ depan
5.   Tempat tujuan
Sesuai dengan aturan dalam kamus di atas, makna pertama (no. 1) merupakan makna dasar dari kata saki.
b.   Penggunaan kata saki dalam berbagai konteks dan maknanya, serta analisa tentang hubungan antara makna-makna yang ada:
1.   先ここにいた人は私の彼です                          orang yang di sini tadi pacar saya
Ungkapan pada contoh satu (1) ini mengacu pada makna dasar dari kata saki, bersifat hakiki waktu. Barangkali akan lebih mudah membuat prototipe makna dasar kata saki ini dengan mangamati gambar berikut:

1

3

2
 

1

2

3

Anggaplah gambar di atas sebagai panjangnya hari dalam sehari. Angka satu (1)mengacu pada pagi (awal), angka dua (2) mengacu pada siang (tengah), dan angka tiga (3) mengacu pada sore (ujung). Jika kita memandang dari titik satu (3), maka yang dimaksud dengan tadi adalah bagian yang ditunjukakkan oleh titik satu (1) sampai di atas titik dua (2)/ sebelum titik tiga (3). Dan jika patokan kita adalah titik dua (2), maka tadi mengacu pada titik satu (1) sampai mendekati titik dua (2)/ sebelum titik dua (2). Artinya, tadi merupakan bagian dari waktu yang berada di belakang/ sebelum waktu sekarang/ waktu yang menjadi patokan kita.
2.   私より数メートル先を歩く                             berjalan beberapa meter di depan saya
Sementara itu, jika kita perhatikan kalimat pada contoh dua (2), terlihat bahwa telah terjadi perubahan atau pergeseran makna pada kata tadi (saki), dari sesuatu yang  bersifat waktu ke sesuatu yang bersifat ruang. Untuk mengetahui hal yang barangkali melatar belakangi perubahan ini kita harus mengamati posisi subjek dari kalimat tersebut. Di sini dikatakan bahwa subyek berjalan beberapa meter di depan saya. Jika kita coba mengilustrasikannya dengan gambar pada contoh satu (1), kalau posisi subyek  yang saya bicarakan berada pada titik dua (2), maka posisi saya tentunya berada di antara titik satu (1) dan sebelum titik dua (2). Artinya, dari segi ruang, jelas posisi saya jauh lebih dekat dengan titik awal dari pada dia, atau dengan kata lain, si dia lebih dekat dengan titik tengah. Jika titik awal (1) adalah waktu lampau dan titik tengah (2) adalah sekarang, jelas saya lebih identik dengan lampau/ tadi dari pada si dia yang dibicarakan. Simpulannya, hitungan mundur waktu sejalan/ mirip dengan hitungan mundur posisis (ruang), karena kemiripan itu, perubahan ini tergolong pada metafora.   
3.   先に帰る                                             duluan pulang
Sedikit berbeda dengan contoh dua (2), pada contoh tiga (3) ini kata saki berubah makna secara metafora. Hanya saja di sini, titik awal/ masa lampau disiratkan langsung oleh kata pulang, karena itu, titik awal/ masa lampau yang dimaksud tentulah saat mereka mulai bekerja sampai sesaat sebelum muncul pernyataan duluan pulang. Persamaannya di sini adalah persamaan secara waktu, yaitu sama-sama berada di awal waktu/ lebih awal.
4.   行き先がわからない                                       tidak tahu tempat tujuan
5.   君はまだ先が長い                                 kamu masih panjang hari depannya
6.   私の誕生日はまだ先です                       ulang tahun saya masih lama
7.   その先を話してください                       ceritakan kelanjutannya
8.   ふでの先ですみをつける                       mengoleskan tinta di ujung fude
Kata saki dalam kalimat pada contoh empat (4), lima (5), enam (6), tujuh (7), dan delapan (8) ini, mengalami proses perubahan makna secara metafora.  Persamaan antara makna dasar tadi dengan makna perluasan tempat tujuan (4), masa depan (5), lama (6), kelanjutan (7), dan ujung (8) ditunjukkan oleh kenyataan bahwa ketiga makna perluasan ini sama-sama  mengacu pada sesuatu hal/ masa yang belum sampai/ tuntas/ akan dituju/ berada di depan.
Dari beberapa contoh di atas, disamping makna yang ada di dalam Kamus Dasar Bahasa Jepang (2002), ditemukan bahwa perluasan makna tadi (saki) tidak hanya sebagai duluan, ujung, masa depan, dan tempat tujuan, tapi bisa juga dipahami sebagai; kelanjutan, lama, dan di depan.
.


Daftar Pustaka
Alwasilah, A. Chaedar. 2008. Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora Utama Press
Sutedi, Dedi. 2002. Kamus Dasar Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora Utama Press
Sutedi, Dedi. 2009. Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora
谷口一美。2006.忍知言語学:学びエクササイズ。東京:株式会社ひつじ書房

No comments:

Post a Comment