Ketika kau menangis menyambutku
Darahku mendidih sayang.
Air mata itu seperti badai lava meluluhlantakkan
hatiku
Menjelma menjadi referensi tentang cintamu padaku
Namun, ketika kau menangis saat melepasku
Darahku membeku.
Referensi air matamu itu jadi tak berarti.
Saat itu aku sadar
Cinta kadang harus bisa melepaskan
Seperti mata melepaskan airnya
Ketika dewasa tiba, tidak ada yang bisa mencegah
Tiba-tiba matapun bicara
Kasih! jangan lagi menangisiku
Karena cintaku jauh lebih bening dari air matamu…
Habibaty! hubby ashfa min dam ’il ‘ainik
No comments:
Post a Comment